Harga: Rp.45.000 (blum ongkir)
Kondisi: bagus
Eksistensialisme dan Humanisme. Jean paul Sartre.
Penerbit Pustaka Pelajar. Cet 1 tahun 200
Tebal: 148 hlm
Berbicara mengenai kebebasan dapat dikatakan bahwa manusia tidak pernahsampai kepada suatu pengertian yang pasti tentang apa itu kebebasan, karena terminologikebebasan memiliki cakupan yang sangat luas. Namun, apabila kebebasan difokuskan pada manusia, maka kebebasan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkandari manusia, karena melalui kebebasan manusia berusaha mengaktualisasikan ataumerealisir dirinya sebagai individu yang bereksistensi. Dengan kata lain, kebebasan tidak hanya mencakup salah satu aspek dari manusia untuk diaktualisasikan atau direalisir tetapi seluruh hidup manusia itu adalah kebebasan atau kebebasan mencakup seluruheksistensi manusia.Tilikan kebebasan dicetuskan oleh Jean Paul Sartre dalam bukunya yang berjuduleksistensialisme humanisme. Sartre menggagas bahwa manusia adalah kebebasan.Konsep kebebasan yang mengalir dari Sartre tidak dapat dipahami lepas dari gagasannyamengenai cara berada manusia di dunia yang dia lukiskan secara radikal dalam dua bentuk, antara lain
“etre-pour-soi (being-for-itself)
dan
etre-en-soi (being-in-itself).
Bagaimana Sartre menggagas “kebebasan” dengan bertolak dari cara berada manusiaakan kami uraikan berikut ini.
II.
Latar Belakang Pemikiran Jean Paul Sartre
Titik berangkat pemikiran Sartre diawali dari pandangannya tentang manusia.Menurut Sartre, manusia merupakan satu-satunya makhluk yang bereksistensi, artinya bahwa manusia itu bukanlah sesuatu yang konseptual melainkan sesuatu yang aktual.Dengan demikian, eksistensi pertama-tama bertolak dari manusia sebagai subjek. Olehkarena eksistensi bertolak dari manusia sebagai subjek, maka eksistensi manusia tidak sama dengan objek-objek yang lain, karena eksistensi manusia tidak dihasilkan darisesuatu yang ditentukan melainkan suatu penyangkalan terhadap objek tertentu.Pemahaman ini bertolak dari apa yang dicetuskan oleh Sartre bahwa eksistensimendahului esensi. Artinya, manusia itu berada dulu baru ada. Berada dulu baru adahendak mengatakan suatu pengertian bahwa manusia pada awalnya adalah kosong.Tetapi, oleh karena pilihan bebasnya manusia menjadi ada. Dengan kata lain, kebebasanmanusia untuk memilih menjadikan kekosongannya bereksistensi. Bereksistensi berarti bertindak sesuai dengan pilihan saya sebagai satu-satunya individu yang bebas. Dengandemikian dapat dikatakan bahwa manusia itu “ada” sejauh ia bertindak terhadap sesuatu bagi dirinya sendiri dan apa yang dia lakukan untuk dirinya sendiri adalah lahir darikebebasan dan kesadarannya sebagai individu yang menyadari sesuatu yang berarti bagidirinya.Eksistensialisme humanisme Sartre lahir sebagai gugatan terhadap aliran filsafatyang menganut paham idealisme dan materialisme. Filsafat idealisme yang berpuncak pada Hegel mengatakan bahwa manusia tidak lebih dari sekadar “roh” yang sedang berkembang dan bergerak menuju kesempurnaan diri. Manusia dalam pandangan Hegel bukanlah individu yang memiliki otonomi dan bereksistensi melainkan hanyalah suatu proses penyempurnaan diri dari Roh untuk menjadi absolut. Oleh karena itu, menurutHegel, manusia tidak mencerminkan suatu kehidupan yang konkrit karena makna dankedudukannya terserap dalam kesadaran Roh Absolut. Demikian pula kaum materialis berpendapat bahwa manusia tidak lebih dari sekadar materi sebagai berada di ataskesadaran manusia.Berangkat dari gagasan di atas, Sartre berpendapat bahwa para filsuf idealis danmeterialis telah mereduksi hakekat manusia sebagai individu yang bereksistensi ke dalam proses dialektik kesadaran roh dan materi. Menurut Sartre, manusia tidak pernah dapat
direduksir ke dalam realitas roh dan materi, karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai individu yang bebas dan bereksistensi.
sumber: http://www.scribd.com/doc/23717452/KEBEBASAN-MENURUT-JEAN-PAUL-SARTRE
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....