HARGA: @RP. 35.000 (BLUM ONGKIR)
BUKU BARU
STOCK 2 BIJI
Judul: HIKAYAT SITI MARIAH: Estetika Perselingkuhan Pramoedya Ananta Toer | Penulis: Dwi Susanto | Tebal: xii +219 hlm | 15×21 cm | Penerbit: INSISTPress, Mei 2009
Disebutkan di halaman sampul buku ini bahwa dari sekian karya sastra masa kolonial, Hikayat Siti Mariah merupakan karya yang paling sering diterbitkan ulang. Sejak pertama kali terbit tahun 1910an di Harian Medan Prijaji, cerita ini telah diterbitkan ulang oleh Harian Bintang Timur tahun 1962, lalu diterbitkan lagi dalam bentuk buku pada tahun 1983 dan 2003.
Penerbitan ulang itu menimbulkan berbagai pertanyaan, mulai dari apa yang menarik dari isinya, motif apa yang melatari penerbitan ulang, sampai perubahan apa saja yang ada di setiap terbitannya.
Apalagi kita tahu bahwa cerita ini diterbitkan ulang di zaman yang berbeda, bahkan dua terbitan terakhir melibatkan salah satu tokoh sastra Indonesia, Pramoedya Ananta toer.
Buku ini merupakan jawaban dari pertanyaan di atas. Dan ternyata, analisis dalam buku ini akan mengantarkan kita pada suatu kenyataan bahwa Hikayat Siti Mariah telah mengalami banyak perubahan baik bentuk maupun isinya. Penulis menyajikan perbandingan kalimat demi kalimat yang menurutnya “diselingkuhi” Pramoedya Ananta Toer.
Penulis (atau boleh jadi didukung sepenuhnya penerbit) menunjuk bahwa Pramoedya Ananta Toer sebagai editor Hikayat Siti Mariah terbitan tahun 1982 dan 2003 adalah orang yang paling bertanggung jawab atas perubahan itu.
Lalu apa saja bagian cerita yang berubah dan mengapa Pramoedya melakukan itu? Buku yang sebelumnya tesis S-2 Dwi Susanto di Universitas Gadjah Mada ini akan menuntun Anda melihat secara rinci perubahan-perubahan itu disertai dengan analisis tentang motif yang melatarbelakanginya.
“Selamat membaca,” tulis penulis buku ini. Dan Sidang Dewan Pembaca pun benar-benar membaca. Hasilnya …… di sini dan di sini dan di sini. (GM/Iboekoe)
BUKU BARU
STOCK 2 BIJI
Judul: HIKAYAT SITI MARIAH: Estetika Perselingkuhan Pramoedya Ananta Toer | Penulis: Dwi Susanto | Tebal: xii +219 hlm | 15×21 cm | Penerbit: INSISTPress, Mei 2009
Disebutkan di halaman sampul buku ini bahwa dari sekian karya sastra masa kolonial, Hikayat Siti Mariah merupakan karya yang paling sering diterbitkan ulang. Sejak pertama kali terbit tahun 1910an di Harian Medan Prijaji, cerita ini telah diterbitkan ulang oleh Harian Bintang Timur tahun 1962, lalu diterbitkan lagi dalam bentuk buku pada tahun 1983 dan 2003.
Penerbitan ulang itu menimbulkan berbagai pertanyaan, mulai dari apa yang menarik dari isinya, motif apa yang melatari penerbitan ulang, sampai perubahan apa saja yang ada di setiap terbitannya.
Apalagi kita tahu bahwa cerita ini diterbitkan ulang di zaman yang berbeda, bahkan dua terbitan terakhir melibatkan salah satu tokoh sastra Indonesia, Pramoedya Ananta toer.
Buku ini merupakan jawaban dari pertanyaan di atas. Dan ternyata, analisis dalam buku ini akan mengantarkan kita pada suatu kenyataan bahwa Hikayat Siti Mariah telah mengalami banyak perubahan baik bentuk maupun isinya. Penulis menyajikan perbandingan kalimat demi kalimat yang menurutnya “diselingkuhi” Pramoedya Ananta Toer.
Penulis (atau boleh jadi didukung sepenuhnya penerbit) menunjuk bahwa Pramoedya Ananta Toer sebagai editor Hikayat Siti Mariah terbitan tahun 1982 dan 2003 adalah orang yang paling bertanggung jawab atas perubahan itu.
Lalu apa saja bagian cerita yang berubah dan mengapa Pramoedya melakukan itu? Buku yang sebelumnya tesis S-2 Dwi Susanto di Universitas Gadjah Mada ini akan menuntun Anda melihat secara rinci perubahan-perubahan itu disertai dengan analisis tentang motif yang melatarbelakanginya.
“Selamat membaca,” tulis penulis buku ini. Dan Sidang Dewan Pembaca pun benar-benar membaca. Hasilnya …… di sini dan di sini dan di sini. (GM/Iboekoe)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....