Harga: Rp.15.000 (blum ongkir)
Kondisi:lumayan bagus cet 24 tahun 2002
Judul : Caldas (diterjemahkan dari The Story of A Shipwrecked Sailor), Pengarang : Gabriel Garcia Marquez, Penerjemah : Rizadini, Penerbit : LKiS-Yogyakarta-cetakan I-2002, Halaman : 124 halaman
Tebal: 124 hal
Berat: 0,12 Kg
Stok: 2 biji
Menyinggung sedikit spirit Sumpah Pemuda yang baru saja berlalu momentumnya beberapa bulan lewat, kita dihadapkan pada nilai-nila kepahlawanan pendahulu kita. Bagaimana gigihnya mereka berjuang merebut kemerdekaan, baik dengan konfrontasi fisik ataupun secara diplomasi. Melalui Sumpah Pemuda, hawa kepahlawanan mereka sangat kentara dengan pengikraran satu bangsa, satu tanah air, dan dengan satu bahasa persatuan. Lantas bagaimana generasi muda seperti kita saat ini menyikapi kepahlawan? Rentang waktu masa bergejolak dengan kolonial memang telah berlalu, dan lantas apakah generasi muda tidak bisa merasakan hawa kepahlawan, baik pada dirinya sendiri atau terhadap orang di sekitarnya. Semakin menjauhnya zaman meninggalkan saat-saat heroik itulah yang perlu kita semua sadari, khususnya generasi muda. Barangkali kita tidak menemukan sosok muda Muh. Yamin, Hatta, atau pun Soekarno muda lagi yang sama persis nilai perjuangannya dengan para beliau-beliau itu, namun harus kita sesuaikan dengan konteks kita sekarang.
Menjadi pahlawan tak harus menjadi orang besar, punya pengaruh luas bagi orang sekitar, tapi paling tidak bisa menjadi pahlawan bagi diri sendiri sudahlah cukup besar artinya. Nah, berkenaan dengan itu ada baiknya kita semua mengambil secuil hikmah dari novel Caldas, karya hebat dari sastrawan Kolombia, Gabriel Garcia Marquez. Buku terjemahan LkiS ini walau pun tipis sederhana, nilai sastrawi dan pelajaran moralnya teramatlah baik, sangat pantas dibaca habis dikunyah tuntas.
Caldas menceritakan apa itu heroisme. Ya, apa arti kepahlawanan. Melalui watak tokoh Alejandro Velasco, G.G. Marquez tampaknya ingin menyiratkan makna dari sebuah kepahlawanan. Siapa dan apa peran watak utama Velasco? Apakah dia seorang kapiten perang yang dengan gagah berani menumpas kartel mafia narkoba Kolombia, atau Velasco adalah seorang tokoh kenamaan yang mempunyai pengaruh besar bagi rakyat Kolombia? Sama sekali bukan itu yang ada dalam Caldas ini. Disini hanya digambarkan seorang perwira rendah Angkatan Laut Kolombia yang berusaha mati-matian menyelamatkan nyawanya akibat kapal perang mereka tenggelam diamuk badai.
Ha! Sosok pahlawan seperti itulah yang digambarkan secara detil oleh G.G. Marquez. Pahlawan memang tidak harus selalu menyabung nyawa di medan perang, bermandikan darah, bertongkatkan senapan, atau beralaskan baju baju loreng ala tentara. Melalui Caldas, orang seperti Alejandro Velasco, pun dapat disebut pahlawan. Kapal perang yang tenggelam justru bukan karena tembakan meriam musuh, tapi karena hantaman badai, membuat Velasco yang terombang-ambing sendirian di dalam sekoci kecil berusaha agar tak senasib dengan tujuh rekan dekatnya.
Dalam Caldas ini, babak-babak dramatis memang terdapat pada terombang-ambingnya watak utama di lautan lepas selama berhari hari. Secara keseluruhan, secara lancar dan memikat G.G. Marquez mendeskripsikan watak utama novelnya. Bagaimana Velasco yang tak putus asa kendati sering diteror halusinasi, melawan dan mengakali hiu-hiu yang ganas, bagaimana daya survival Velasco di bawah alam yang tak bersahabat tanpa makanan dan minuman, otomatis sang tokoh selalu berada di bawah tekanan rasa haus dan lapar di samping kelelahan yang mendera juga tentunya. Caldas, pada babak tersebut, tidaklah selalu mengeksplotasi gambaran cerita kegetiran yang menyedihkan. Ada masanya pula kegetiran itu dibalut humor yang menentramkan, seolah menjadi semacam self escapism, bagi si tokoh utamanya, Velasco.
Caldas adalah cerita tentang survival. Cerita seorang perwira rendah Angkatan Laut yang bertarung hidup mati-matian melawan keganasan laut. Keberhasilan Velasco lolos dari terjangan maut laut itulah letak nilai heroik itu sendiri. Setuju atau tidak, melalui Caldas, kita menemukan perspektif lain tentang kepahlawanan. Yang belum baca, silahkan saja baca sendiri!*
Zamroni Rangkayu Itam
*Tulisan di atas sebelumnya dimuat di weblog palantakayu dengan titel yang sama….
Menyinggung sedikit spirit Sumpah Pemuda yang baru saja berlalu momentumnya beberapa bulan lewat, kita dihadapkan pada nilai-nila kepahlawanan pendahulu kita. Bagaimana gigihnya mereka berjuang merebut kemerdekaan, baik dengan konfrontasi fisik ataupun secara diplomasi. Melalui Sumpah Pemuda, hawa kepahlawanan mereka sangat kentara dengan pengikraran satu bangsa, satu tanah air, dan dengan satu bahasa persatuan. Lantas bagaimana generasi muda seperti kita saat ini menyikapi kepahlawan? Rentang waktu masa bergejolak dengan kolonial memang telah berlalu, dan lantas apakah generasi muda tidak bisa merasakan hawa kepahlawan, baik pada dirinya sendiri atau terhadap orang di sekitarnya. Semakin menjauhnya zaman meninggalkan saat-saat heroik itulah yang perlu kita semua sadari, khususnya generasi muda. Barangkali kita tidak menemukan sosok muda Muh. Yamin, Hatta, atau pun Soekarno muda lagi yang sama persis nilai perjuangannya dengan para beliau-beliau itu, namun harus kita sesuaikan dengan konteks kita sekarang.
Menjadi pahlawan tak harus menjadi orang besar, punya pengaruh luas bagi orang sekitar, tapi paling tidak bisa menjadi pahlawan bagi diri sendiri sudahlah cukup besar artinya. Nah, berkenaan dengan itu ada baiknya kita semua mengambil secuil hikmah dari novel Caldas, karya hebat dari sastrawan Kolombia, Gabriel Garcia Marquez. Buku terjemahan LkiS ini walau pun tipis sederhana, nilai sastrawi dan pelajaran moralnya teramatlah baik, sangat pantas dibaca habis dikunyah tuntas.
Caldas menceritakan apa itu heroisme. Ya, apa arti kepahlawanan. Melalui watak tokoh Alejandro Velasco, G.G. Marquez tampaknya ingin menyiratkan makna dari sebuah kepahlawanan. Siapa dan apa peran watak utama Velasco? Apakah dia seorang kapiten perang yang dengan gagah berani menumpas kartel mafia narkoba Kolombia, atau Velasco adalah seorang tokoh kenamaan yang mempunyai pengaruh besar bagi rakyat Kolombia? Sama sekali bukan itu yang ada dalam Caldas ini. Disini hanya digambarkan seorang perwira rendah Angkatan Laut Kolombia yang berusaha mati-matian menyelamatkan nyawanya akibat kapal perang mereka tenggelam diamuk badai.
Ha! Sosok pahlawan seperti itulah yang digambarkan secara detil oleh G.G. Marquez. Pahlawan memang tidak harus selalu menyabung nyawa di medan perang, bermandikan darah, bertongkatkan senapan, atau beralaskan baju baju loreng ala tentara. Melalui Caldas, orang seperti Alejandro Velasco, pun dapat disebut pahlawan. Kapal perang yang tenggelam justru bukan karena tembakan meriam musuh, tapi karena hantaman badai, membuat Velasco yang terombang-ambing sendirian di dalam sekoci kecil berusaha agar tak senasib dengan tujuh rekan dekatnya.
Dalam Caldas ini, babak-babak dramatis memang terdapat pada terombang-ambingnya watak utama di lautan lepas selama berhari hari. Secara keseluruhan, secara lancar dan memikat G.G. Marquez mendeskripsikan watak utama novelnya. Bagaimana Velasco yang tak putus asa kendati sering diteror halusinasi, melawan dan mengakali hiu-hiu yang ganas, bagaimana daya survival Velasco di bawah alam yang tak bersahabat tanpa makanan dan minuman, otomatis sang tokoh selalu berada di bawah tekanan rasa haus dan lapar di samping kelelahan yang mendera juga tentunya. Caldas, pada babak tersebut, tidaklah selalu mengeksplotasi gambaran cerita kegetiran yang menyedihkan. Ada masanya pula kegetiran itu dibalut humor yang menentramkan, seolah menjadi semacam self escapism, bagi si tokoh utamanya, Velasco.
Caldas adalah cerita tentang survival. Cerita seorang perwira rendah Angkatan Laut yang bertarung hidup mati-matian melawan keganasan laut. Keberhasilan Velasco lolos dari terjangan maut laut itulah letak nilai heroik itu sendiri. Setuju atau tidak, melalui Caldas, kita menemukan perspektif lain tentang kepahlawanan. Yang belum baca, silahkan saja baca sendiri!*
Zamroni Rangkayu Itam
*Tulisan di atas sebelumnya dimuat di weblog palantakayu dengan titel yang sama….
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....