TERJUAL BY JAKSEL
SINOPSIS:
Konsepsi Semaoen untuk “membangun sosialisme” disempurnakannya lagi dalam karyanya yang berjudul Tenaga Manusia: Postulat Teori Ekonomi Terpimpin yang ditulisnya tahun 1961. Semaoen menulis bahwa “di Indonesia kita sedang mulai membangun masyarakat sosialis ala Indonesia, tetapi bagaimanapun juga masyarakat sosialis pula”
Untuk itu Semaoen mengajukan “soal-soal untuk dipikirkan bagi tercapainya masyarakat sosialis dalam waktu 30 tahun di Indonesia”. Dia mengusulkan untuk tahun 1961-1965 harus mengupayakan antara lain: “menaikkan national-income, hingga dalam tahun 1965 mencapai taraf 50% di atas taraf tahun 1961; di lapangan pertanian harus diutamakan intensifikasi, yaitu penggunaan bibit-unggul, rabuk, agroteknik modern dan irigasi; dikerjakan segala tanah bero untuk penghasilan buah-buah tanaman atau untuk perikanan darat dan perikanan tambak; dimulai dengan transmigrasi secara besar-besaran atas dasar pembangunan prusahaan-perusahaan pertanian negara; di lapangan industri harus dibangun perusahaan pabrik-pabrik negara yang baru-baru, dengan memperkenankan swasta juga mendirikan pabrik-pabrik baru, termasuk pabrik-pabrik rabuk di tiap-tiap propinsi; harus dibuka pertambangan-pertambangan negara yang baru-baru terutama pertambangan emas di Menado, daerah-daerah Kalimantan, pulau Jawa dan Sumatera; didirikan pabrik pengecoran besi dan baja, diintensifikasi produksi dalam semua pabrik dan bengkel-bengkel mesin dengan menggunakan dua ploeg atau tiga ploeg sistim; dimulai dengan mendirikan pabrik mesin untuk membuat alat kerja dan perlengkapan pabrik-pabrik baru serta perlengkapan-perlengkapan transpor; pertambangan biji besi dan logam-logam lain untuk industri serta minyak tanah harus diperluas dengan modal negara (pemerintah) dimana perlu dari pinjaman luar dan dalam negeri; segala perusahaan sandang-pangan harus dinaikkan produksinya paling sedikit dengan 60% dalam lima tahun; dengan melaksanakan program ini dimaksud melenyapkan paling sedikit 3/4 jumlah pengangguran di desa-desa dan kota-kota”.
Semaoen mengusulkan cara pelaksanaannya antara lain sebagai berikut: supaya “eksport import dimonopoli oleh organisasi perdagangan luar negeri kepunyaan negara, dengan dinaikkan export dan dinaikkan import mengenai perlengkapan perekonomian......; pembiayaan pembangunan ditambah dengan pinjaman luarnegeri; dimulai dengan menjalankan politik luarnegeri yang aktip dan dengan isi menuju kepada Bank Kesejahteraan Dunia dan perencanaan perkembangan perekonomian seluruh dunia, dengan dipindahkannya biaya-biaya persenjataan untuk sebagian kedalam Bank tersebut”[17]. Selanjutnya dikemukakan: “Kepribadian Indonesia untuk pelaksanaan sosialis Indonesia yang cukup besar pada bakat bangsa Indonesia yang cukup besar inisiatif dan banyak akalnya serta kepandaian rakyatnya dan pada kesuburan tanah di Indonesia yang tidak mengalami musim tanaman beku, serta kekayaan alam yang terpendam di dalam bumi Indonesia.”. Dengan memperhitungkan peningkatan national-income sebesar 50% dalam masa setiap lima tahun, maka Semaoen menganggap bahwa pada tahun 1990, yaitu sesudah 30 tahun “Indonesia akan menjadi negara makmur dan adil atas dasar sosialisme Indonesia, yaitu atas dasar segala alat produksi dimiliki oleh negara dan jalannya diatur berencana serta dijalankan oleh seluruh rakyat sebagai pegawai negeri di segala lapangan dengan taraf hidup paling sedikit sepuluh kali lebih tinggi daripada sekarang.
Untuk memperkuat konsepsi ekonominya, Semaoen menguraikan beberapa pasal ilmu ekonomi politik. Dalam bukunya Tenaga Manusia, Postulat Teori Ekonomi Terpimpin, Semaoen menulis tentang masyarakat budak belian, tentang hubungan produksi feodal, tentang barang dagangan, tentang nilai, tentang fungsi uang, tentang industrialisasi kapitalis, tentang manusia dihisap manusia, tentang modal dan nilai lebih (Semaoen menggunakan istilah “nilai perlebihan”), tentang pembagian nilai dan pembagian nilai perlebihan, tentang perkembangan modal dan produksi berulang, tentang national-income dan anggaran belanja negara. Untuk itu Semaoen antara lain menggunakan karya-karya kelasik Engels: Asal Usul Keluarga, Hak Milik Perseorangan dan Negara, karya Marx, Kapital, dan karya Lenin, Perkembangan Kapitalisme di Russia. Tapi uraian teori ekonomi politik Semaoen tidak dijelujuri oleh ajaran tentang perjuangan kelas, yang menjadi benang merah dari karya-karya kelasik Marx, Engels, dan Lenin. Semaoen hanya menulis tentang lahir dan adanya kelas budak belian dan kelas majikan di zaman perbudakan, tetapi tidak membahas tentang sengitnya perjuangan kelas antara kaum tani melawan kelas tuan-tanah, antara kelas proletar melawan kelas burjuis; apalagi untuk menyatakan keharusan kelas proletar memimpin revolusi ke arah kemenangan, serta keharusan menegakkan diktatur proletariat.
Karya-karya Engels, Marx dan Lenin yang disebut-sebut Semaoen dalam bukunya, justru adalah karya kelasik yang berporos pada ajaran perjuangan kelas. Dalam Asal Usul Keluarga, Hak Milik Perseorangan dan Negara, Engels menguraikan dengan sangat tajam tentang lahir dan berkembangnya kelas-kelas sampai terbentuknya negara sebagai alat kekuasaan dari suatu kelas. Melalui karyanya Kapital, Marx memberi senjata yang paling ampuh bagi kelas pekerja sedunia, yaitu senjata teori ekonomi politik berdasarkan materialisme dialektis dan materialisme historis—senjata teori untuk memenangkan perjuangan kelas. Kapital adalah karya Marx yang brilyan, yang membongkar rahasia penghisapan kelas kapitalis terhadap kelas pekerja, yaitu ajaran tentang perjuangan kelas. Ajaran tentang perjuangan kelas adalah batu alas dari Marxisme.
sumber: http://sariqu.multiply.com/reviews
isi dalam buku |
SINOPSIS:
Konsepsi Semaoen untuk “membangun sosialisme” disempurnakannya lagi dalam karyanya yang berjudul Tenaga Manusia: Postulat Teori Ekonomi Terpimpin yang ditulisnya tahun 1961. Semaoen menulis bahwa “di Indonesia kita sedang mulai membangun masyarakat sosialis ala Indonesia, tetapi bagaimanapun juga masyarakat sosialis pula”
Untuk itu Semaoen mengajukan “soal-soal untuk dipikirkan bagi tercapainya masyarakat sosialis dalam waktu 30 tahun di Indonesia”. Dia mengusulkan untuk tahun 1961-1965 harus mengupayakan antara lain: “menaikkan national-income, hingga dalam tahun 1965 mencapai taraf 50% di atas taraf tahun 1961; di lapangan pertanian harus diutamakan intensifikasi, yaitu penggunaan bibit-unggul, rabuk, agroteknik modern dan irigasi; dikerjakan segala tanah bero untuk penghasilan buah-buah tanaman atau untuk perikanan darat dan perikanan tambak; dimulai dengan transmigrasi secara besar-besaran atas dasar pembangunan prusahaan-perusahaan pertanian negara; di lapangan industri harus dibangun perusahaan pabrik-pabrik negara yang baru-baru, dengan memperkenankan swasta juga mendirikan pabrik-pabrik baru, termasuk pabrik-pabrik rabuk di tiap-tiap propinsi; harus dibuka pertambangan-pertambangan negara yang baru-baru terutama pertambangan emas di Menado, daerah-daerah Kalimantan, pulau Jawa dan Sumatera; didirikan pabrik pengecoran besi dan baja, diintensifikasi produksi dalam semua pabrik dan bengkel-bengkel mesin dengan menggunakan dua ploeg atau tiga ploeg sistim; dimulai dengan mendirikan pabrik mesin untuk membuat alat kerja dan perlengkapan pabrik-pabrik baru serta perlengkapan-perlengkapan transpor; pertambangan biji besi dan logam-logam lain untuk industri serta minyak tanah harus diperluas dengan modal negara (pemerintah) dimana perlu dari pinjaman luar dan dalam negeri; segala perusahaan sandang-pangan harus dinaikkan produksinya paling sedikit dengan 60% dalam lima tahun; dengan melaksanakan program ini dimaksud melenyapkan paling sedikit 3/4 jumlah pengangguran di desa-desa dan kota-kota”.
Semaoen mengusulkan cara pelaksanaannya antara lain sebagai berikut: supaya “eksport import dimonopoli oleh organisasi perdagangan luar negeri kepunyaan negara, dengan dinaikkan export dan dinaikkan import mengenai perlengkapan perekonomian......; pembiayaan pembangunan ditambah dengan pinjaman luarnegeri; dimulai dengan menjalankan politik luarnegeri yang aktip dan dengan isi menuju kepada Bank Kesejahteraan Dunia dan perencanaan perkembangan perekonomian seluruh dunia, dengan dipindahkannya biaya-biaya persenjataan untuk sebagian kedalam Bank tersebut”[17]. Selanjutnya dikemukakan: “Kepribadian Indonesia untuk pelaksanaan sosialis Indonesia yang cukup besar pada bakat bangsa Indonesia yang cukup besar inisiatif dan banyak akalnya serta kepandaian rakyatnya dan pada kesuburan tanah di Indonesia yang tidak mengalami musim tanaman beku, serta kekayaan alam yang terpendam di dalam bumi Indonesia.”. Dengan memperhitungkan peningkatan national-income sebesar 50% dalam masa setiap lima tahun, maka Semaoen menganggap bahwa pada tahun 1990, yaitu sesudah 30 tahun “Indonesia akan menjadi negara makmur dan adil atas dasar sosialisme Indonesia, yaitu atas dasar segala alat produksi dimiliki oleh negara dan jalannya diatur berencana serta dijalankan oleh seluruh rakyat sebagai pegawai negeri di segala lapangan dengan taraf hidup paling sedikit sepuluh kali lebih tinggi daripada sekarang.
Untuk memperkuat konsepsi ekonominya, Semaoen menguraikan beberapa pasal ilmu ekonomi politik. Dalam bukunya Tenaga Manusia, Postulat Teori Ekonomi Terpimpin, Semaoen menulis tentang masyarakat budak belian, tentang hubungan produksi feodal, tentang barang dagangan, tentang nilai, tentang fungsi uang, tentang industrialisasi kapitalis, tentang manusia dihisap manusia, tentang modal dan nilai lebih (Semaoen menggunakan istilah “nilai perlebihan”), tentang pembagian nilai dan pembagian nilai perlebihan, tentang perkembangan modal dan produksi berulang, tentang national-income dan anggaran belanja negara. Untuk itu Semaoen antara lain menggunakan karya-karya kelasik Engels: Asal Usul Keluarga, Hak Milik Perseorangan dan Negara, karya Marx, Kapital, dan karya Lenin, Perkembangan Kapitalisme di Russia. Tapi uraian teori ekonomi politik Semaoen tidak dijelujuri oleh ajaran tentang perjuangan kelas, yang menjadi benang merah dari karya-karya kelasik Marx, Engels, dan Lenin. Semaoen hanya menulis tentang lahir dan adanya kelas budak belian dan kelas majikan di zaman perbudakan, tetapi tidak membahas tentang sengitnya perjuangan kelas antara kaum tani melawan kelas tuan-tanah, antara kelas proletar melawan kelas burjuis; apalagi untuk menyatakan keharusan kelas proletar memimpin revolusi ke arah kemenangan, serta keharusan menegakkan diktatur proletariat.
Karya-karya Engels, Marx dan Lenin yang disebut-sebut Semaoen dalam bukunya, justru adalah karya kelasik yang berporos pada ajaran perjuangan kelas. Dalam Asal Usul Keluarga, Hak Milik Perseorangan dan Negara, Engels menguraikan dengan sangat tajam tentang lahir dan berkembangnya kelas-kelas sampai terbentuknya negara sebagai alat kekuasaan dari suatu kelas. Melalui karyanya Kapital, Marx memberi senjata yang paling ampuh bagi kelas pekerja sedunia, yaitu senjata teori ekonomi politik berdasarkan materialisme dialektis dan materialisme historis—senjata teori untuk memenangkan perjuangan kelas. Kapital adalah karya Marx yang brilyan, yang membongkar rahasia penghisapan kelas kapitalis terhadap kelas pekerja, yaitu ajaran tentang perjuangan kelas. Ajaran tentang perjuangan kelas adalah batu alas dari Marxisme.
sumber: http://sariqu.multiply.com/reviews
2 komentar:
dalam ulasan tsb di atas, pemikiran ini sempat di tentang karena melenceng dari porors indonesia saat itu masih bercokol lepas dari imperialisme.
namun seperti apa yang disampaikan semaoen di atas bener-bener perspektif pada indonesia sejatinya.
namun semaoen patut menyandang sebuah gelar anak bangsa selayaknya, karena seperti situasi saat ini banyak yang kehabisan harapan pada pertumbuhan ekonomi yang terus merosot tajam.
sebagian masyarakat bahkan mencoba ingin kembali seperti layaknya zaman soeharto.
namun setelah saya menyimak tulisan di atas, karya semaoen ini seperti di laksanakan dengan baik pada kepemimpinan pak harto. dimana program beliau ada namanya PELITA yang suah mulai dicanangkan pada tahun 1969 hingga 1999 atau yang diharapkan semaoen sekurang-kurangnya 30 tahun upaya pembangunan.
semaoen sepertinya memberi petunjuk kuat akan kelemahan sekaligus memberikan solusi tajam dan terukur bagi kemajuan bangsa, dasar pemikirannya tidak berubah sedikitpun bagi kemaslahatan masyarakat banyak.
dan seperti apa yang semaun sampaikan memang benarnya bahwa masalah utama ekonomi bangsa terletak pada bidang industri dan pertanian serta kualitas sumberdaya alam manusia sebagaimana tujuan PELITA tahap 6 yang akhirnya tidak berlanjut karena usainya masa kepemimpinan soeharto saat itu.
Maka dewasa kini, hanya sebuah upaya membangun kembali apa yang pernah pak harto terapkan pada zamannya. atau lebih tepatnya adalah pengembangan kembali budaya enterpreunership atau kewirausahaan.
perlu adanya budaya transmigrasi yang datang dari kesadaran masyarakat yang mulai dewasa dalam menyikapi perkembangan politik dan ekonomi.
sementara itu, perlu adanya penunjang dari BUMN untuk mengambil sikap penuh atas kekuasaan perusahaan asing yang memiliki 70% modal di papua, kalimantan dan sulawesi untuk menasionalisasikan perusahaan tsb yang banyak merugikan masyarakat pedesaan pada khususnya.
semoga kiranya upaya pembangunan kedepan tetap dapat berjalan seiring demokrasi.
Buku-buku semacam karya Semaoen tentang ekonomi politik semacam ini semestinya diperbanyak guna memberikan perkembangan varian alternatif perubahan sosial ekonomi yang khas Indonesia. Yang sesuai dengan semangat jiwa, watak dan kepribadian bangsa Indonesia dengan mempertimbangkan kemajuan konsep yang dipraktekkan di negara lain. Terlebih dalam perkembangan sosial ekonomi dunia yang seakan mengalami penunggalan yang khas dari kredo paham ekonomi neo liberalisme yakni 'there is no alternatif'. Indonesia bisa suguhkan konsepsi konsepsi alternatif sosial ekonomi itu kepada dunia. JW
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....