Buku tanpa cover depan |
TERJUAL
Judul : BUMI MANUSIA
Karangan : Pramoedya Ananta Toer
Terbit pertama kali 1980, Hasta Mitra, Jakarta.
Halaman: 355
Karangan : Pramoedya Ananta Toer
Terbit pertama kali 1980, Hasta Mitra, Jakarta.
Halaman: 355
Cetakan kedua September 1980
Soft Cover, Kondisi Tak ada sampul depan (lumayan, isinya masih bagus)
Soft Cover, Kondisi Tak ada sampul depan (lumayan, isinya masih bagus)
Price: IDR. 50.000 (belum termasuk ongkos kirim)
Ketebalan buku |
Tokoh Minke lahir pada 1880, tepat seratus tahun yang lalu jika dihitung sejak terbitnya novel Bumi Manusia (This Earth of Mankind) untuk pertama kali. Minke lahir di era kolonialisme Belanda sedang gencar-gencarnya menyedot kekayaan alam dan tenaga manusia Nusantara, hingga memasuki kurun 300 tahun, dihitung sejak VOC memasuki perairan Batavia dan mendirikan kantor dagang berupa loji yang digunakan sekaligus pangkalan laut.
Van den Bosch dengan programnya yang tersohor: tanam paksa/ cultuurstelsel mulai bergulir pada 1830-an, Belanda usai meraih kemenangan dalam perang Jawa yang lebih termasyhur dengan perang Diponegoro. Program jenius si Bosch demi kejayaan Nederland Raya terus berlanjut dan semakin bervariasi tanaman-tanaman yang dibebankan pada kaum petani pribumi, hingga pada 1870 para petani harus menanami duapuluhlima persen dari lahannya dengan tanaman wajib, berupa vanili, tebu, kayu manis dan sebagainya sesuai permintaan pasar dunia. Dengan latar belakang keadaan pribumi yang tertindas seperti itulah, Pramoedya dalam buku ini mencoba menggelar kejadian di satu pojokan bumi manusia – manusia pribumi Jawa.
Benarkah orang pribumi sudah demikian merosotnya sejak keruntuhan Majapahit yang perkasa hingga terpecah-belahnya Mataram Sultan Agung? Dan selanjutnya bangsa Eropa yang unggul ilmu pengetahuannya itu berhasil dengan mudahnya menguasai tanah Jawa, hingga mereka memerintah sebagai bangsa pemenang.
Benarkah manusia Jawa yang gagah perwira di masa Majapahit itu kini sudah demikian rendah penguasaan ilmu pengetahuannya hingga menjadi bangsa kuli di antara bangsa-bangsa?
Agama Islam sempat mencapai perkembangan yang mengagumkan di masa kerajaan Mataram Sultan Agung, karena di masa itu bangsa Barat belum sepenuhnya menguasai Nusantara. Masa keemasan penyebaran Islam di Jawa oleh sembilan orang wali (Walisongo) memang lancar dengan runtuhnya kerajaan Hindu-Buddha Majapahit menyerat serta terpecah-belahnya Nusantara menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Penyebaran agama baru itu pula yang mempercepat ambruknya Majapahit.
Kerajaan Hindu-Buddha diwakili Majapahit berhasil menyatukan Nusantara, sedangkan kerajaan Islam cuma berhasil menguasai tanah Jawa, karena keburu masuknya bangsa-bangsa Eropa yang lebih kuat perlengkapan perangnya.
Dengan Revolusi Agustus 1945 Nusantara dapat bersatu kembali dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pelarangan novel Bumi Manusia
Menurut editor Bumi Manusia, JI, pada 1980 buku ini sempat beredar bebas enam bulan hingga dilarang oleh Kejaksaan Agung dengan Surat Keputusan Nomor 052/JA/5/81 tanggal 29 Mei 1981 atas rekomendasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sampai detik ini pelarangan itu belum dicabut. Alasan pelarangan pada 1980 itu, menurut pihak Kejaksaan Agung, “Isi buku Bumi Manusia dianggap menyebarkan paham terlarang di wilayah NKRI, paham Marxism-Leninism.”
Dalam interogasinya di Kejagung JI membantah hal di atas dengan mengatakan, “Selama saya mengedit baris demi baris Bumi Manusia, saya tidak menjumpai Kamerad Marx dan Lenin ngumpet di balik titik atau koma dan di tempat lainnya.”
Tokh buku yang telah diterjemahkan ke dalam lebih dari duapuluh bahasa itu tetap dilarang di masa kekuasaan Orde Baru. Setelah lengsernya Bapak Pembangunan Haji Muhammad Soeharto dan memasuki era Reformasi, maka pada 2001 penerbit Hasta Mitra mengedarkan kembali Bumi Manusia seri pembebasan tanpa menunggu pelarangan buku itu dicabut oleh yang berwenang. Saat ini hak pengedaran Bumi Manusia dipegang oleh Penerbit Lentera Dipantara milik keluarga Pramoedya A. Toer.
Para tokoh dalam Bumi Manusia
Kita kembali pada novel Bumi Manusia. “Orang memanggilku Minke….” Minke memperkenalkan namanya yang unik, layaknya pemuda memasuki masa dewasa. Ia seorang pelajar di HBS Surabaya. Minke pelajar pribumi yang cemerlang hingga usai ujian akhir sekolah kelak di HBS dinobatkan sebagai siswa terpandai nomor satu HBS Surabaya, dan nomor dua untuk seluruh Hindia Belanda. Prestasi siswa pribumi Jawa yang mengagumkan di masa itu. Di masa kekuasaan kolonial itu pribumi belum mungkin menjadi nomor satu seluruh Hindia Belanda….
Tidak semua anak mampu boleh masuk sekolah tinggi, kecuali anak ningrat pribumi, atau anak pejabat pribumi yang boleh belajar di sekolah setingkat HBS. Kekecualian bagi anak totok Belanda dan peranakan yang disamakan dengan totok. Minke masuk HBS dengan dukungan neneknya, bupati Bojonegoro.
Prestasinya dalam jurnalistik dengan nama samaran Max Tolenaar menulis untuk surat kabar di Jawa Timur. Guru sastranya yang liberal dan progresif memuji-mujinya sebagai siswa kebanggaannya selama karirnya sebagai guru sastra. Pribumi menulis untuk surat kabar di jaman itu? Luar biasa di jaman itu. Hal itu dimungkinkan bermodal nama samaran seorang peranakan ia mengumumkan dirinya, karena bagi peranakan masih layak peluang untuk menulis dalam surat kabar.
Hasil penelitian residen Bojonegoro bahwa pribumi punya tingkat intelijensi sama derajat dibanding orang Belanda. Penelitian yang diilhami oleh teori asosiasi Dr. Snouck Hurgronje mempunyai thesis: dapatkah pribumi bersama-sama Belanda memerintah orang pribumi Hindia? Residen Bojonegoro sangat terkesan pada Minke, obyek penelitiannya.
Perbedaan antara orang Belanda dan pribumi; orang Belanda datang sebagai penjajah dan penakluk sedangkan orang pribumi jadi taklukannya. Ketidakadilah berlaku di tanah jajahan manapun, bagi pribumi lebih jelas lagi mengejawantah dalam hukum bertingkat-tingkat yang berlaku di Hindia Belanda. Tingkat tertinggi Belanda totok, di bawahnya timur asing, dan paling bawah adalah pribumi. Pribumi di depan hukum selalu kalah melawan Belanda dan sebaliknya.
Kisah Minke dengan kekasihnya Annelies di seputar kegiatan pabrik gula melibatkan Minke berhadapan dengan hukum yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda. Minke masih beruntung berkat previlium previgiatum (kekebalan hukum tingkat tertentu) yang dimilikinya, karena belajar di HBS Minke sederajat anak bupati. Annelies anak seorang administratur pabrik gula, Herman Mallema.
Nyai Ontosoroh alias Sanikem berbangga hati anak gadisnya punya teman seorang pemuda yang belajar di HBS. Bersekolah di HBS berarti setelah lulus nanti akan menduduki jabatan tertentu dalam struktur pemerintah Hindia Belanda, atau meniti jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Hindia Belanda atau di Nederland.
Tahun 1900 di utara sana di negeri Tiongkok terjadi penumbangan dinasti Qing. Tiongkok memproklamirkan diri jadi Republik Tiongkok. Seorang dokter menjadi presiden pertama, yang tidak berkuasa efektif karena wilayah Tiongkok dikuasai oleh raja perang setempat.
Philipina bangkit melawan penjajah Spanyol. Hindia Belanda adem-ayem terus.........
SUMBER ARTIKEL:
http://www.hastamitra.net/2010/03/bumi-manusia-novel-pramoedya-yang.html
Isi dalam buku |
Isi dalam yang bagian akhir, nampak ada KWATERNARIUS |
TetralogyROMAN KARYA PULAU BURU |
Cover belakang |
Pramoedya Ananta Toer, pakai songkok kebangsaan Indonesia |
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....