TERJUAL
Harga: Rp.350 RB (BLUM ONGKIR)
Hp. 0341 3190 190/ 087 85 955 86 78Harga: Rp.350 RB (BLUM ONGKIR)
BERAT: 1,6 KG
KONDISI: BAGUS
Tebal: xxxvi + 904 hal.
Penulis: Thomas Stamford Raffles
Ukuran: 17,5 x 24.
Penerbit: Narasi 2008
Tak diragukan lagi, --dalam literasi dunia Barat-- buku “The History of Java” telah menjadi salah satu sumber sejarah paling penting untuk mengetahui kehidupan masyarakat Jawa di masa lalu. Buku ini ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang administratur kelahiran Inggris, yang sangat terobsesi untuk merekam eksotisme dunia Jawa yang penuh dengan keragaman serta keunikan geografis dan budaya.
The History of Java diterbitkan pertama kali pada tahun 1817 dalam dua volume. Volume Pertama berisi tentang inti buku itu sendiri secara lengkap, sedangkan Volume Dua berisi informasi tambahan dan lampiran. Isinya antara lain mencakup keadaan geografis, informasi mengenai penduduk asli Jawa, keadaan pertanian, kepercayaan dan upacara keagamaan, bahasa, serta beberapa hal-hal menarik lainnya. Kerja keras dan ketekunan Raffles telah menghasilkan sebuah masterpiece yang sangat berharga bagi masyarakat Indonesia.
Orang Inggris dan Singapura menyebutnya dengan panggilan terhormat, Sir. Padahal, sosok yang paling banyak meninggalkan nama ilmiah pada kekayaan flora dan fauna di Hindia Belanda ini tidak lahir dari lingkungan istana. Dia bukan bangsawan atau kaum feodal yang berhak menyandang gelar “Tuan”. Thomas Raffles lahir nun jauh di lepas pantai Jamaika, dekat Port Morant, di atas geladak Kapal Ann, pada 6 Juli 1781.
Thomas Raffles baru mencantumkan nama “Stamford” di tengah namanya di kemudian hari, yakni ketika sosok berkarakter penuh warna ini berkembang menjadi pribadi yang sangat dihormati di kawasan Laut Cina Selatan. Sejarah hidupnya dimulai, ketika anak seorang pelaut ini dikirim ke Pulau Penang, Malaysia (1804).
Karier awal Raffles (1781-1826) sebagai juru tulis sebuah perusahaan Hindia-Timur (1795) memberikan latar belakang ketekunannya sebagai penulis. Di samping itu, menurut sebuah biografi, Raffles dikenal sebagai seorang yang tekun, rajin belajar, ulet, dan berkemauan keras. Tanpa itu semua mustahil mahakarya “The History of Java” akan selesai dikerjakannya. -Raffles mempunyai semua syarat sebagai penghasil sebuah mahakarya.
Raffles berada di Jawa pada 1811-1816, pertama kali sebagai Lieutenant Governor of Java yang bertanggung jawab kepada Gubernur Jenderal Inggris di India yaitu Lord Minto (Sir Gilbert Elliot Murray-Kynynmond). Tahun 1814 Lord Minto meninggal dunia dan Raffles menjadi Gubernur Jenderal di Jawa sampai 1816. Saat Jawa kembali ke tangan Belanda, Raffles tengah menggagas dan mengerjakan proyek arkeologi dan botani di Jawa. Kemudian sampai tahun 1823 Raffles menjadi Gubernur di Bengkulu. Beberapa wilayah di Sumatra (Belitung, Bangka dan Bengkulu) memang berdasarkan suatu perjanjian tak diserahkan ke tangan Belanda.
Hati Raffles sebenarnya telah tertambat dengan Jawa dan ia benci Belanda kembali berkuasa di Jawa. Tahun 1819 Raffles menggagas pusat perdagangan di Pulau Singapura dalam kerja sama dengan Tumenggung Sri Maharaja penguasa Singapura. Inggris diizinkan mendirikan koloni di Singapura dengan syarat Inggris melindungi para pedagang Singapura dari Belanda dan Bugis. Raffles bersumpah Singapura akan dijadikan koloni baru yang meskipun kecil, namun akan jauh lebih maju dari Tanah Jawa yang dikuasai Belanda. Sumpah Raffles terwujud. Singapura menjadi pusat perdagangan paling penting di wilayah Hindia Timur, sampai kini.
Karena situasi politik, tahun 1823 Raffles meninggalkan Indonesia (Bengkulu) dan tiga tahun kemudian meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45. Meskipun ia meninggal dalam usia yang masih tergolong muda, telah banyak jejak yang ditinggalkan Raffles terutama dalam karya-karya ilmu pengetahuan alam dan sejarah Jawa dan Sumatra. Adalah Raffles yang menggagas pendirian Kebun Raya Bogor dan membantu botanist Prof. Reindwardt (Belanda) dengan ahli2 dari Inggris untuk menyelesaikannya dan meresmikannya pada tahun 1817. Kebun Raya dan kebun binatang di Singapura yang terkenal itu juga didirikan oleh Raffles. Adalah atas prakarsa Raffles juga warisan budaya Jawa digali dan ditemukan : Candi Borobudur (1814), Candi Panataran (1815), Candi Prambanan (1815). Begitu besar perhatiannya pada sastra dan budaya setempat membuat Raffles mendirikan Museum Etnografi Batavia. Raffles pun sebagai administrator pemerintahan di Jawa dan Bengkulu banyak meninggalkan sistem-sistem pemerintahan seperti pembagian karesidenan, sistem
pajak, dsb.
Thomas Stamford Raffles secara khusus membahas karakter orang Jawa dalam satu bab penuh buku The History of Java. Dia menggambarkan orang Jawa—yang sangat dipujinya—sebagai “orang pribumi yang tenang, sedikit berpetualang, cenderung tidak melakukan usaha ke luar daerahnya, dan tidak mudah terpancing untuk melakukan kekerasan atau pertumpahan darah.” Raffles juga berupaya membedakan persepsi Inggris dan Belanda terhadap masyarakat Jawa, dengan mengutip seorang Belanda yang bermukim di Jawa. Ia mengatakan bahwa sifat utama orang Jawa adalah “pendendam, bengis, tidak taat pada atasan, meremehkan dan despotik terhadap orang di bawahnya, ...cenderung merampok dan membunuh ketimbang bekerja, serta licik dalam melakukan perbuatan tak terpuji.” Penggambaran yang buruk terhadap karakter orang Jawa ini menurut Raffles, menyiratkan bahwa Belanda telah menganggap hal-hal seram terhadap orang Jawa, sedangkan Inggris melihat sebaliknya.
Raffles memiliki asumsi sendiri untuk menggambarkan orang Jawa sebagai orang yang tidak akan menimbulkan kesulitan besar bagi penguasa kolonial yang baru, Inggris. Dengan pencitraan seperti ini, Raffles tampak lebih simpatik bagi orang Jawa ketimbang Belanda yang telah “menimbulkan begitu banyak penderitaan dan perusakan pada masyarakat Jawa”. Lebih lanjut Raffles menyatakan bahwa orang Jawa tidak memiliki sifat “amuk” (chaos). Adapun kekerasan yang terjadi adalah akibat dari “kehidupan di bawah pemerintahan, di mana keadilan jarang ditegakkan dengan sebenarnya dan tanpa pandang bulu”.
Dalam masterpiece-nya, Thomas Stamford Raffles mengakui bahwa “amuk” memang terjadi di Jawa, tetapi “hal itu hanya dilakukan secara terbatas dan sporadis oleh kelas budak”. Dia menulis, “This phrenzy, as a crime against society, seems, if not to have originated under the Dutch, certainly at least to have been increased during their administration by the great severity of their punishments. For the slightest fault, a slave was punished with a severity which he dreaded as much as death. He often prefered to rush on death and vengeance.” (The History of Java, vol. I; London: Oxford University Press, 1965; p.250)
Buku The History of Java diterbitkan pertama kali pada 1817 dalam dua jilid besar (jilid I: 479 halaman, dan jilid II: 291 halaman), yang dilengkapi dengan ilustrasi gambar berwarna yang cukup mewah dan menarik pada masanya. Pada 1965, buku karya Thomas Stamford Raffles ini telah dicetak ulang oleh Oxford University Press, London (Inggris).
Buku ini merupakan referensi utama tentang Tanah Jawa yang eksotik dan bersifat komprehensif. John Bastin dan Bea Brommer dalam Nineteenth Century Prints and Illustrated Books of Indonesia (Antwerp: Het Spectrum Utrecht, 1979; p.6-7), memuji The History of Java sebagai sebuah mahakarya. “Penggambaran kostum dan topografi Jawa di dalamnya menjadikan buku ini benar-benar penting… Kombinasi antara teks yang secara ilmiah begitu orisinal dengan sejumlah ilustrasi yang indah, karya seniman aquatint berbakat menghasilkan buku tentang Indonesia yang berkualitas tinggi; sebuah mahakarya”. “Karya yang sangat berharga karena dihasilkan oleh pengamatan langsung penulisnya terhadap tradisi dan lingkungan Jawa ketika memerintah sebagai Gubernur Jenderal selama pendudukan Inggris di Hindia Belanda (1811-1815)”. (Kaffe von Hünersdorff, 1213).
Secara garis besar, Raffles membagi bukunya ke dalam 11 Bab, sebagai berikut:
Bab 1 : Kondisi Geografis Pulau Jawa (termasuk di dalamnya keterangan geologi)
Bab 2 : Asal Mula Penduduk Asli-Jawa
Bab 3 : Pertanian di Jawa
Bab 4 : Manufaktur (Industri) di Jawa
Bab 5 : Perdagangan di Jawa
Bab 6 : Karakter Penduduk di Jawa
Bab 7 : Adat Istiadat Penduduk di Jawa
Bab 8 : Bahasa dan Sastra
Bab 9 : Agama
Bab 10 : Sejarah dari Awal-Munculnya Islam
Bab 11 : Sejarah dari Munculnya Islam-Kedatangan Inggris
Lampiran-lampirannya ada 12 (Lampiran A-M), sebagai berikut :
Lampiran A : Kemunduran Batavia
Lampiran B : Perdagangan dengan Jepang
Lampiran C : Terjemahan versi moderen Suria Alem (sebuah karya sastra)
Lampiran D : Hukum pada Pengadilan Propinsi di Jawa
Lampiran E : Perbandingan kosakata bahasa-bahasa suku di Jawa dan sekitarnya
Lampiran F : Cerita Pulau Sulawesi dan perbandingan kosakata bahasa-bahasa suku
Lampiran G : Angka-angka Candra Sengkala
Lampiran H : Terjemahan Manik Maya
Lampiran I : Terjemahan huruf prasasti Jawa dan Kawi Kuno
Lampiran J : Pulau Bali
Lampiran K : Instruksi Pajak
Lampiran M : Memorandum tentang berat, ukuran, dll.
Dapat dilihat bahwa cakupan pembahasan Raffles komprehensif. Keterangan-keterangan dalam teks-nya dilengkapi dengan catatan-catatan kaki yang detail. Referensi berhubungan pada zamannya digunakannnya untuk memperkaya keterangan.
Raffles juga membahas tentang rembesan-rembesan gas dan minyak (jauh lebih awal daripada pemetaan sistematik pertama rembesan minyak dan gas oleh Belanda pada tahun 1850), tentang mineral dan bahan tambang.
Saat Raffles memerintah di Jawa terjadilah letusan gunungapi dengan energi terbesar di dunia dalam masa sejarah manusia : Tambora 1815 di Sumbawa. Dan, Raffles sangat detail menggambarkan peristiwa letusannya sampai efek-efek kerusakannya. Orang harus mengacu kepada buku Raffles untuk mengetahui saat-saat letusan Tambora 1815.
Sampai sekarang, meski ditulis 195 tahun yang lalu, selalu ada hal-hal yang berharga yang bisa dipelajari daripadanya untuk kepentingan masa kini.
Saat meninggalkan Jawa dan Sumatra, Raffles menangis meratapi alam dan penduduk yang dicintainya, yang dihentikannya dari perbudakan, yang digambarkannya sebagai ”orang pribumi yang tenang, sedikit berpetualang, tidak mudah terpancing melakukan kekerasan atau pertumpahan darah”.
”I believe there is no one possessed of more information respecting Java than myself.” (Thomas Stamford Raffles, 1817)
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....