Utuy T. Sontani, orang-orang sial |
kumpulan cerpen subuh Pramoedya Ananta Toer diuraikan oleh adjip rosodi |
COVER buluk |
TJERITA PENDEK INDONESIA
terjual
Harga : Rp.200.000 (belum termasuk ongkir)
Kondisi: LUMAYAN BAGUS
dJAMBATAN dJAKARTA 1959
TEBAL: 176 HAL
Dalam buku Tjerita Pendek Indonesia (1959) Ajip Rosyidi juga menyebut Muhammad Kasim dan Soesman Hs sebagai tokoh penting dalam sejarah cerpen Indonesia, perintis cerpen Indonesia. Pernyataan Ajip telah dibuktikannya dengan penelusuran jejak M. Kasim pada majalah Pandji Poestaka yang terbit tahun 1923. Kumpulan cerita lucu M. Kasim banyak dimuat di majalah tersebut.
Di akhir abad ke-19 sampai zaman pendudukan Jepang publikasi cerpen masih muncul hanya melalui penerbitan media massa, hampir-hampir tidak ada yang dipublikasikan langsung dalam bentuk buku. Masa itu cerpen tidak dapat dipisahkan dari majalah atau surat kabar. Dari sanalah, cerpen Indonesia lahir, berkembang dan memperoleh bentuk yang lebih jelas pada tahun 1930-an. Pada zaman Jepang, pemerintah pendudukan Jepang banyak menyelenggarakan lomba penulisan cerpen. Cerpen menjadi makin populer. Cerpenis-cerpenis yang pernah memenangi lomba penulisan cerpen waktu itu ialah, A.S. Hadisiswoyo, Muhammad Dimyati, Rosihan Anwar. Nama-nama lain yang banyak muncul di media massa dengan karyanya di antaranya, Sanusi Pane, Armijn Pane, dan D. Djokokoesoemo.
Keberadaan cerpen Indonesia semakin mapan di era tahun 1950-an. Pengaruh asing yang semakin deras, timbulnya semangat kedaerahan, dominasi pengarang Sumatra yang semakin pudar, dan terbitnya berbagai media massa, termasuk majalah Prosa dan Tjerita Pendek yang dikelola Ajip Rosidi, memberi kesempatan munculnya cerpenis dari pelosok tanah air.
Keberanian para cerpenis dalam melakukan berbagai eksperimen, didorong dengan dibukanya kebebasan untuk berekspresi. Tradisi penulisan cerpen mencapai masa suburnya pada sekitar dekade 50-an. Dekade 50-an disebut zaman emas produksi cerita pendek dalam sejarah sastra Indonesia, karena pada masa itulah muncul pengarang dengan karya yang fenomenal seperti Riyono Pratikto, Subagyo Sastrowardoyo, Sukanto SA, Nh Dini, Bokor Hutasuhut, Mahbud Djunaedi, AA Navis, dan sederet nama lainnya. (Jacob Soemardjo dalam esai Mencari Tradisi Cerpen Indonesia, 1975).
Tema cerpen dekade 50-an lebih banyak condong pada agama yang tiba-tiba menjadi alat permainan. Penjelajahan pada agitasi dan kegelisahan psikologis digunakan sebagai sarana menyampaikan eksperimen. Perasaan si tokoh menjadi liar, aneh, dan tak terduga.
isi djudul buku |
cerpenis2 indonesia yg diuraikan oleh adjip rosidi |
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....