terjual
Harga: Rp.200 rb (blum ongkir)
Kondisi: SEGEL Soft COVER
Tebal: 399 hal HVS
Published CET V tahun 2003 by Pustaka Utama Grafiti (first published 1985)
Kerajaan Islam Pertama di Jawa: Tinjauan Sejarah Abad XV dan XVI
by H.J. de Graaf, Theodore G. Th Pigeaud
Awal Penyebaran Agama Islam di Jawa
Pada abad XV, salah seorang yang paling terkenal dan tertua diantara
para walidi Jawa ialah Raden Rahmat dari Ngampel Denta. Ia diberi nama
sesuai dengan nama kampung di Surabaya. Menurut teks-teks lama, Raden
Rahmat itu adalah adik: dan menurut teks-teks tua, yaitu babad, ia
adalah kakak.
Berbicara mengenai letak Cempa, tentunya berhubungan
dengan asal para penyebar Islam pertama di Jawa Timur termasuk Raden
Rahmat. Dr. Rouffaer (“Sumatera”) berdasarkan dugaan telah
mengidentifikasikan Cempa atau Campa ini dengan Jeumpa di Aceh,
diperbatasan antara Samalangan (Simelungan) dan Pasangan. Apabila Cempa
(=jeumpa) ditukar tempatnya dengan Pasai, maka rute perjalanannya lebih
masuk akal.
Sehubungan dengan perdagangan pelaut Islam menggantikan
kedudukan orang bukan Islam. Pedagang Islam dianggap sebagai pesaing
ketika melewati jalan yang menyusuri pantai Sumatera dan Jawa menuju ke
kepulauan remph-rempah Maluku. Bandar-bandar di sepanjang pantai utara
Jawa pertama-tama merupakan pangkalan. Kemakmuran bandar0bandar itu
bergantung pada persediaan beras yang dapat mereka tawarkan.
Perpindahan kekuasaan politik ke tangan orang Islam terjai dengan dua cara:
1. Bangsawan Jawa yang kafir dengan sukarela memeluk agama baru iru.
2. Orang asing yang beragama Islam dari macam-macam bangsa membuat rumah mereka menjadi kubu pertahanan.
Pada permulaan abad VI, sesudah berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di
pantai utara Pulau Jawa, datanglah maulana-maulana dari tanah seberang.
Mereka akan menetap di Jawa sesudah didirikannya kelompok-kelopok Islam.
Para guru yang datang tersebut memperkuat kemanan kelompok-kelompok
itu.
Dalm legenda-legenda mengenai masjid Demak, Sunan Kalijaga
menduduki tempat yang penting. Dialah yang berjasa memebtulkan kiblat
masjid. Beliau jugalah yang memperoleh baju wasiat “Antakusuma”, yang
jatuh dari langit di masjid itu di tengah para wali yang sedang
bermusyawarah. Baju tersebut juga disebut Kiai Gundil (Gundul) merupakan
salah satu “pusaka” raja-raja Jawa. Legenda dan cerita-cerita tradisi
penting, karena telah mengungkapkan betapa pentingnya Masjid Demak dan
dapat dianggap dongeng yang termasuk sastra keagamaan untuk menghormati
orang suci.
Kelahiran dan Kejayaan Kerajaan Demak pada Paruh Kedua Abad XV dan pada Paruh Pertama Abad XVI
Zaman dahulu wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan
Muria dan Jawa namun selat itu akhirnya tidak dapat dilayari. Oleh
karena itu Demak tidak dapat digunakan sebagai pelabuhan, maka Jepara
menjadi pelabuhan Demak. Sedangkan penghubung Demak dengan daerah
pedalaman di Jawa Tengah ialah Sungai Serang. Jalan darat juga cukupo
baik dilalui pedati melalui batas daerah perairan yang rendah dari
sungai Serang dan Lusi mrnuju lembah bengawan.
Munclunya dan
bekuasanya Islam mempengaruhi sejarah Jawa pada abad XVII dan abad-abad
berikutnya sehingga zaman sebelum Mataram dianggap kurang penting. Namun
dengan ditemukannya Suma Oriental, terbukalah kemungkinann menyusun
sejarah Demak yang lebih dapat dipercaya. Antara buku Tome Pires ini
dengan buku-buku sejarah Jawa Barat terdapat kesesuaian dalam ham
pemberitaan bahwa dinasti Demak dimulai dengan tiga orang raja.
Berdasarkan beberapa berita abad XVII dan yang dari Jawa Barat dapat
disimpilkan bahwa asal usul dinasti Demak itu dari Cina pada waktu ini
dapat dipercaya. Sebagai raja Demak pertama ialah Raden Patah. Pengganti
Raden Patah ialah Pangeran Sabrabg Lor. Namun pemberitaan Pires dan
naskah-naskah sejarah Jawa barat, tidak banyak yang dapat dinyatakan
dengan pasti tentang kehidupan penguasa kedua di Demak itu. Tentu saja
penting juga diketahui kapan Demak menjadi menjadi kerajaan yang
merdeka. Pemimpin Demak yang ketiga adalah Sultan Trenggana. Dari
keterangan-keterangan berbagai cerita rakyat Jawa da berita Pires dapat
disimpulkan bahwa raja Demak yang ke tigamemerintah pada sekitar 1504
sampai 1546. Dalam waktu itu wilayah kerajaan diperuas ke barat dan
timur, dan Masjid Demak telah dibangun sebhai lambang kekuasaan Islam.
Di Jawa para imam masjid hampir selalu disebut “pengulu”. Imam pertama
di Masjid Demak ialah Pangeran, putra Pangeran Rahmat dari Ngampel
Denta. Ia dipanggil oleh Pangeran Ratu untuk memangku jabatab itu. Imam
yang kedua ialah suami cucu Nyai Gede Pancuran yang bernama Makdum
Sampang. Kemudian ia digantikan anaknya yaitu Kiai GedengPambayun ing
Langgar. Imam yang keempat ialah sepupu dari pihak ibu pendahulunya, ia
anak Nyai Pambarep yang bergelar Pengulu Rahmatullah dari Undung.
Sedangkan imam keliam ialah Putra Pengulu Rahmatullah yang bernama
Pangeran Kudus atau Pandita Rabani.
Penobatan raja demak dengan
gelar sultan diperoleh oleh Sultan Ahmad Abdu’l Arifin yang
dianugerahkan oleh syekh Nurullah. Syekh Nurullah yang pernah ke Tanah
Suci, Mekah karena terpengaruh internasionalisasi Islam menganjurkan
kepada raja Demak untuk bertingkah laku sebagai raja Islam benar-benar.
Legenda Jawa mengenai direbutnya Majapahit oeh orang Islam dapat dibagi menjadi dua kelompok :
1. Cerita yang menunjukkan segala pujian kepada para alim Islam, dan terutama kepada para ulama dari Kudus.
2. Cerita yang menyanjung Raden Patah, Raja Demak, sebagai pahlawan.
Cerita kelompok pertama itulah yang paling lengkap. Cerita itu terdapat
dalam naskah-naskah cerita Jawa Timur dan Jawa Tengah. Cerita kelompok
kedua, dimuat dalam babad dari Jawa Tengah yang berisi sejarah keluarga
Raja Mataram. Ceritanya lebih ringkas daripada yang termasuk kelompok
pertama dan bercorak legenda, diwarnai oleh peran alam gaib.
Apabila
cerita-cerita Jawa mengenai jatuhnya Majpahit dibandingkan, ada dua hal
yakni keimanan kelompok alim ulama Islam, yakni golongan mmenengah,
dipimpn oleh para pemuka yang semula merupakan imam-imam di masjid dan
cita-cita politis yang mengarah ke perluasan wilayah kekuasaan dan
kemerdekaan kerajaan-kerajaan Islam muda di Jawa Tengah.
Ibukota
Islam Demak, menjadi titik tolak perjuangan pada dasawarsa-dasawarsa
pertama abad XVI, untuk menyebarkan agama Islam ke barat. Tindakan
bersenjata yang dilakukan orang Jawa Tengah, untuk memulihkan atau
memantapkan kekuasaan Sultan, dapat dianggap salah satu tindakan
kekuasaan maharaja Islam itu. Sedangkan meluaskan daerah ke timur Demak
seperti pengusaan wilayah Tuban (1527), Wirasara (1528), Gagelang atau
Madiun (1529), Medangkungan (1530), Surabaya (1531), Pasuruan (1535),
Lamongan, Blitar, dan Wirasaba (1541-1542), Gunung Penanggungan (1543),
Mamenang (1544), dan Sengguruh (1545).
Sesudah kehilangan
ibukotanya, Brawijaya raja terakhir di Majapahit menyingkir ke timur. Ia
dan penduduk Jawa Timur yang kafir melawan ekspansionisme umat Islam
Jawa Tengah. Perang terjadi pada 1468 J (1546), perebutan Blambangan
berhasil, namun wafatnya Sultan tidak diberitakan.
Sistem kerajaan
Demak dan Majapahit hampir sama, di masa Demak juga ada “kunjungan
menghadap raja” seperti zaman majapahit. Pengadilan pradata juga ada
seperti zaman pra-Islam. Dijawa hukum adat dan hukum peradilan yang
bercorak Hindu masih bertahan di samping hukum Islam.
Menurut babad
di Jawa Tengah, Sultan Trenggana diganti olrh Susuhunan Prawata. Sama
sekali tidak ada berita dalam babad Jawa mengenai pemerintahan Susuhunan
Prawata. Susuhunan Prawata di bunuh tahun 1549 oleh Arya Penangsang
yang akhirnya tahun itu juga mati. Setalah itu Jaka Tingkir menjadi
penguasa Demak dan diakui penguasa Jawa Tengah dan Jawa Timur sebagai
maharaja. Berikutnya ia memindahkan pusat kerajaan Demak ke pedelaman,
Pajang.
Sejarah Kerajaan Lebih Kecil di Pantai Utara Jawa Tengah pada Abad XVI
Pati dan Juwana
Daerah ini dekat dengan ibukota Pati dan Juwana, terletak dekat muara
timur sebelah selat tua, yang sejak dahulu memisahkan Pegunungan Muria
di Jawa. Juwana dahulu sudah dianggap sebagai kota pelabuhan agak
penting. Sedangkan masa kejayaan Pati berlangsung pada abad XVI. Raja
Pati yang pertama adalah Ki Panjawi. Pengganti Ki Panjawi adalah
Pragola. Pegganti berikutnya ialah Pragola II.
Kudus
Selain
karena kealiman dan semangat menyebarkan agama Islam, keluarga Kudus
juga berjasa karena salah satu anggotanya menjadi pemuka yang
mengorbankan hidupnya untuk berjihad melawan orang kafir. Perselisihan
Sunan Kudus dengan Demak menyebabkan ia memilih keluar dari Demak.
Menurut legenda, Mbah Kiai Telingsing yang mula-mula menggarap tempat
yang kemudian menjadi kota Kudus.
Jepara/Kalinyamat
Sebagai kota
pelabuhan dengan teluk yang aman, Jepara selalu lebih disukai daripada
Demak. Kekalahan melaan Malaka (1512-1513) menurunkan citra kekuasaan
para penguasa Jepara. Kota Kalinyamat kira-kira 18 km ke pedalaman
Jepara, di tepi jalan ke Kudus. Yang mendirikan tempat itu ialah orang
Cina. Menurut cerita Jawa , sesudah Ki Kalinyamat meninggal, jandanya
bersumpah akan terus telanjang selama pembunuh suaminya, Aria Penangsang
masih hidup. Selam pemerintahan ratu Kalinyamat perdagangan Jepara
dengan daerah seberang semakin ramai.
Riwayat Kerajaan di Jawa Barat
Cirebon
Menurut Tome Pires, pendukuhan Islam pertama di Cirebon ialah ayah Pate
Rodin Sr. Tidak terbukti kalau Cina Islam di Cirebon telah mendirikan
pemukiman yang benar-benar baru. Menurut cerita-cerita pribumi, pujian
tentang pengislaman daerah ini sepenuhnya ditujukan kepada Sunan Gunung
Jati.
Banten
Sebelum zaman Islam, Banten sudah menjadi kota yang
agak berarti. Sunan Gunun Jati lah yang menjadi penyebar Islam di
Banten. Ketika ia sampai di Banten ia segera berhasil menyingkirkan
bupati Sunda dan ia mengambil alih pemerintahan. Penguasa Islam yang
kedua di Banten, Hasanudin meneruskan usaha ayahnya meluaskan daerah
agama Islam. Ketika raja Banten ketiga Yusuf berkuasa berhasil merebut
kota Kerajaan Pakuwan. Raj kelima Banten Muhammad selama masih di bawah
umur, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh kali bersama empat pembesar
lain. Raja ini melarikan diri setelah didesak kekuasaan Mataram.
Sejarah Kerajaan di Daerah Pantai Utara di Timur pada Abad XVI
Jipang-Panolan
Nama Jipang diberikan diantara Gunung Kendeng dan pegunungan pesisir
utara, yaitu daerah hulu Sugai Lusi dan Serang. Kerajaan-kerajaan itu
berperan penting dalam legenda sejarah Jawa Timur dan Jawa Barat. Aria
Penangsang memerintah di Jipang sebagai vasal. Kekalahan Aria Penangsang
mebuat keluarganya harus menyingkir ke Surabaya. Pada dasaqarsa
terakhir abad XVI daerah Jipang jatuh ke bawah kekuasaan Mataram (1591).
Tuban
Sejak abad XI dalam berita-berita penulis Cina, Tuban disebut sebagai
kota pelabuhan. Menurut berbagai dongeng kedudukan Ronggilawe penting di
Tuban. Sebagian penduduk Tuban masih kafir. Raja Tuban waktu itu
disebut Oete Vira, dia bukan seorang Islam taat walaupun kakeknya Islam.
Penguasa Tuban sudah memeluk Islam, tetapi tetap berhubungnan dengan
Majapahit kafir. Anggota dinasti Raja Tuban sungguh banyak sumbangannya
dalam penyebaran agama Islam di Jawa Timur. Pada abad XVII dan XVIII,
meskipun tak berarti lagi di bidang politik dan ekonomi, Tuban tetap
masih terkenal sebagai temap tinggal para ulama terkemuka. Akhirnya
keluarga raja Tuban yang tua terpaksa tunduk juga pada nafsu serakah
Sultan Agung.
Gresik-Giri
Dahulu Gresik merupakan kota pelabuhan
yang terkenal karena letaknya yang terlindung selat Madura dan
membelakangi tanah subur. Gresik didirikan pada paruh kedua abad XIV di
sebidang tanah pantai yang terlantar. Pada 1387 Gresik sudah dikenal
sebagai wilayah Majapahit. Gresik dianggap sebagai kota perdagangan laut
yang paling yang paling penting di selurih Jawa. Waktu itu di Gresik
ada dua penguasa yang saling memerangi. Daerah mereka di kota di
pisahkan oleh sungai kecil yang dangkal. Pada perempat terakhir abad XV,
kehidupan Prabu Satmat dari Giri, dan ibu angkatnya yang sudah beragama
Islam, Nyai Gede Pinatih dari Gresik menguatkan pendapat bahwa Gresik
dan Surabaya tempat terbentuknya umat Islam. Pada zaman Tome Pires ,
para penguasa duniawi di Gresik dan para ulama di Giri hidup
berdampingan. Pada abad XVI kekuasaan pemerintahan di kota jatuh ke
tangan para ulama, tetapi sekali-sekali keturunan Raja Surabaya juga
berkuasa disana. Beberapa cerita Jawa Timur menceritakan tentang adanya
hubungan antara Giri dengan Sengguruh, daerah Malang.Penguasa di Gribik
(Ngibik) di daerah Sengguruh beralih ke Islam. Pada 1535, penguasa
Sengguruh menduduki pusat Islam, Giri.
Surabaya
Nama kota
Surabaya disebut dalam naskah-naskah Jawa dari abad XIV. Permulaan abad
XVI Surabaya sebagai kota pelabuhan dan kota dagang tidak sepenting
Gresik. Perkiraan bahwa raja Surabaya yang sudah dikenal pada tahun
1515, boleh dipandang sama dengan penguasa di Terung. Pada paruh pertama
abad XVI para penguasa Islam kota-kota Tuban dan Surabaya sebagai vasal
yang bersahabat dengan Majapahit seharusnya memperlihatkan sikap yang
hampir sama. Pada tahun 1625 Surabaya menyerah kalah kepada Mataram.
Setelah mereka mengalami serangan pada tahun-tahun sebelumnya.
Sejarah Madura pada Abad XVI
Madura Barat
Madura Barat, yang berhadapan dengan Surabaya dan Gresik, dapat dapat
lebih banyak mengambil keuntngan dari perkembangan ekonomi, kebudayaan,
dan po.litik Jawa Timur dan kerajaan-kerajaan pesisir. Madura memberi
sumbangan dalam ekonomi nusantara terutama tenaga kerja, kepada Jawa
Timur. Pada permulaan daswarsa abad XVI raja Madura belum memeluk Islam.
Keluarga raja Madura Barat sebagiab besar karena terdorong pertimbangan
politik akhirnya memutuskan memutuskan mengakui penguasa Islam di Demak
sebagai maharaja.
Madura Timur, Sumenep, dan Pamekasan
Sejak
abad XIV terjalin hubungan antara Madura Timur dan daerah-daerah di
daratan seberangnya. Kerajaan-kerajaan Madura menurut berita tidak
berarti sama sekali bagi perdagangan internasional.
Sejarah Ujung Timur Jawa pada Abad XVI
Pasuruan
Sebelum zaman islam, konon Pasuruan atau Gembong merupakan daerah yang
paling lama dikuasai oleh raja-raja Jawa Timur di Singasari (Tumapel).
Pada dasawarsa pertama abad XVI yang menjadi raja di Gamda adalah putera
Guste Oate, mahapatih kerajaan besar kafir. Ia bernama Pate Sapetat dan
ia menjadi menantu Pete Pimtor, raja kafir yang berkuasa di Blambagan,
juga menantu Raja Madura. Raja dan penguasa kafir Jawa di pedalaman Jawa
Timur dan diujung timur jawa itu hingga dasawarsa-dasawarsa pertama
abad XVI memiliki semangat cukup besar. Mereka bertahan terhadap pasukan
Islam yang mendesak masuk dari pantai utara dan Jawa Tengah. Ada
petunjuk samar-samar bahwa pada perempat terakhir abad XVI Raja Pasuruan
berhasil melebarkan sayapnya ke pedalaman Jawa Timur hingga Kediri.
Namun pada 1616 atau 1617 pasuruan diduduki Matram yang gagah berani.
Probolinggo dan Panarukan
Kerajaan Probolinggo sebagai salah satu dari kelompok tiga kerajaan
(disamping Nilambara dan Asmalila) dalam naskah Jawa-Bali yang bernama
Adi Purana. Raja islam di Pasuruan yang ada pada akhir XVI berhasil
mencaplok Panarukan dan Blambangan, namun kemudian mendapat pukulan
telak dari Sultan Agung. Pada 1616 dan 1617 Pasuruan diduduki oleh orang
Mataram.
Blambangan
Blambangan sebagai kerajaan yang berada
jauh di timur, mempunyai kedudukan penting dalam cerita tutur Jawa.
Kerajaan Blambangan mengalami masa-masa perkembangan kekuasaan yang
mencolok. Sampai awal abad XVII “kekafiran” ujung timur Jawa, dengan
bantuan dan mungkin karena pengarug raja-raja Bali, masih mampu bertahan
terhadap desakan para penakluk Jawa-Islam yang datang dari
barat.Penaklukan Blambangan oleh gerombolan Mataram dilaksanakan pada
1639.
Sejarah Kerajaan Palembang pada Abad XVI
Sejarah kuno
Palembang dan Sumatera pada umumnya, yakni masa sebelum raja-raja Jawa
Timur menguasai - pertama kali pada abad XII – daerah-daerah yang semula
merup0akan daerah Melayu, masih kabur. Tome Pires mendengar bahwa
raja-raja kafir di Palembang pada zaman dulu mengakui raja cafre di Jawa
sebagai atasannya. Raja Palembang berpendapat bahwa persekuruan dengan
raja Jawa Tengah yang berkuasa itu sajalah yang dapat memberikan
perlindungan terhadap serangan Banten.
Sejarah Kerajaan JawaTengah Pedalaman
Pengging dan Pajang
Pajang ialah salah satu “tanah mahkota” kerajaan Majapahit pads aabad
XIV, dan Raja Hayam Wuruk paling sedikit melakukan perjalanan tahunann
ke daerah Pajang. Pada 1618 raja terakhir dari Pajang menderita
kekalahan dalam pertempuran melawan mataram. Ia pun melarikan diri ke
Giri dan Surabaya.
Sejarah Kerajaan Mataram pada Abad XVI
Mataram di perkirakan berada di sekitar Sungai Opak. Ketika keluarga
raja Mataram dalam masa keemasan pada abad XVII dan XVIII, para pujangga
berlomba-lomba mengetengahkan betapa tinggi kebangsawanan dan batapa
tua asal usul moyang raja. Penggambaran yang sedikit di dalam cerita
tutur Jawa mengenai kegiatan budaya di Kerajaan Mataram abad XVI
menunjukkan bahwa kegiatan tersebut merupakan pengaruh dari pesisir
utara dan Jawa Timur.
Sebab-sebab Kekalahan Kerajaan Jawa Timur dan Pesisir dalam Perang Melawan Mataram pada Abad XVI dan XVII
Pelayaran dagang Portugis yang menyusup masuk ke wilayah Asia Tenggara
sejak permulaan abad XVI, telah merugikan kemakmuran kota-kota pelabuhan
di pantai utara Jawa. Dan pada paruh kedua abad XVI kerajaan sepanjang
pantai utara, yang kemakmurannya tergantung pada perdagangan laut,
menanggung kerugian berat karena kericuhan politik di dalam negeri dan
serangan berkali-kali dari orang Jawa pedalaman. Pengaruh pendatang baru
dari seberang laut terhadap susunan penduduk di Jawa pertama-tama
terasa di daerah pantai. Sudah dari zaman dahulu ada perbedaan sifat
antara “orang Jawa pesisir” dan “orang Jawa pedalaman”.
Posted 22nd November 2012 by VJ Library Indonesia