TERJUAL
HARGA: Rp.100.000 (SUDAH ONGKIR)
Kondisi: bagus cet 2 oktober 2001
tebal: 316 hal
Semua lawan Bung Karno
sekarang terseret ke meja
Mahkamah Sejarah
Pramoedya Ananta Toer
Uraian di bawah ini adalah transkripsi obrolan bebas dalam kunjungan beberapa kali oleh seorang intelektual muda lulusan IAIN kepada novelis dan budayawan Pramoedya Ananta Toer di rumah tetirahnya di desa Bojong Gede, Bogor. Ucapan yang meluncur dari mulut pujangga tua itu berlangsung sambil ia mencangkul membenahi halaman dan membakar sampah. Kepada Pramoedya sebenarnya diminta sumbangan artikel dalam rangka peringatan 100 Tahun Bung Karno, tetapi writers-block dan kesehatannya yang belum sepenuhnya pulih setelah rebah di rumah-sakit, masih menghambatnya untuk berproduksi secara kreatif. Namun demikian – untuk ikut menghormati Bung Karno, pemimpin Indonesia yang dia kagumi sebagai “manusia langka” – Pramoedya mempersilakan tamunya mencatat sendiri apa yang dia ucapkan sambil bekerja – ed.
Indonesia adalah negeri berbentuk arsipel dengan puluhan juta penduduk, puluhan ribu pulau dan bahasa, yang di pertengahan abad 20 nyaris berantakan terpecah belah, nyaris menjadi mangsa empuk segala macam kekuasaan serta rebutan lapangan uji-coba sekian senjata pabrik-pabrik asing, yang mengakibatkan perang saudara banjir darah tanpa henti tanpa ujung pangkal, antara sekian banyak suku, golongan agama dan ideologi. Suatu negeri yang amat kaya raya dengan sumber-sumber alam bahkan sumber-daya-manusia yang menjadi potensi massal pasaran ekonomi dunia, yang sampai detik ini pun masih saja menjadi kue perebutan sekian banyak kekuasaan ekonomi, politik, militer dan kultural demi keuntungan dan kepentingan mereka masing-masing.
Dalam situasi penuh marabahaya karena kepungan dari sana sini, Soekarno-lah yang sanggup tampil dan berdiri tegak mengatasi semuanya dengan baik.
HARGA: Rp.100.000 (SUDAH ONGKIR)
Kondisi: bagus cet 2 oktober 2001
tebal: 316 hal
Semua lawan Bung Karno
sekarang terseret ke meja
Mahkamah Sejarah
Pramoedya Ananta Toer
Uraian di bawah ini adalah transkripsi obrolan bebas dalam kunjungan beberapa kali oleh seorang intelektual muda lulusan IAIN kepada novelis dan budayawan Pramoedya Ananta Toer di rumah tetirahnya di desa Bojong Gede, Bogor. Ucapan yang meluncur dari mulut pujangga tua itu berlangsung sambil ia mencangkul membenahi halaman dan membakar sampah. Kepada Pramoedya sebenarnya diminta sumbangan artikel dalam rangka peringatan 100 Tahun Bung Karno, tetapi writers-block dan kesehatannya yang belum sepenuhnya pulih setelah rebah di rumah-sakit, masih menghambatnya untuk berproduksi secara kreatif. Namun demikian – untuk ikut menghormati Bung Karno, pemimpin Indonesia yang dia kagumi sebagai “manusia langka” – Pramoedya mempersilakan tamunya mencatat sendiri apa yang dia ucapkan sambil bekerja – ed.
Indonesia adalah negeri berbentuk arsipel dengan puluhan juta penduduk, puluhan ribu pulau dan bahasa, yang di pertengahan abad 20 nyaris berantakan terpecah belah, nyaris menjadi mangsa empuk segala macam kekuasaan serta rebutan lapangan uji-coba sekian senjata pabrik-pabrik asing, yang mengakibatkan perang saudara banjir darah tanpa henti tanpa ujung pangkal, antara sekian banyak suku, golongan agama dan ideologi. Suatu negeri yang amat kaya raya dengan sumber-sumber alam bahkan sumber-daya-manusia yang menjadi potensi massal pasaran ekonomi dunia, yang sampai detik ini pun masih saja menjadi kue perebutan sekian banyak kekuasaan ekonomi, politik, militer dan kultural demi keuntungan dan kepentingan mereka masing-masing.
Dalam situasi penuh marabahaya karena kepungan dari sana sini, Soekarno-lah yang sanggup tampil dan berdiri tegak mengatasi semuanya dengan baik.
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....