TERDJOEAL
kONDISI: LUMAYAN. TJETAKAN KEDOEA 1948
Berat: 0,24 kg
Tebal: 206 hal
resensi novel hulubalang raja
HULUBALANG RADJA
Hulubalang Raja adalah salah satu karya sastrawan angkatan 20-an atau
angkatan Balai Pustaka. Roman ini hasil buah pena sastrawan produktif
Nur Sutan Iskandar, yang diterbitkan oleh PN. Balai Pustaka 1934.
Tema cerita : Termasuk roman sejarah, perang segitiga antara raja
serakah bersama kompeni melawan seorang raja yang membela kebenaran yang
tanahnya tak dijajah.
Setting cerita : Daerah Minangkabau dan Aceh. Tepatnya daerah Kota Hulu dan Kota Hilir.
Tokoh-tokohnya : 1. Sutan Ali Akbar atau Raja Adil, adalah seorang anak
raja di Hulu yang bijak, jujur, baik, dan berani yang memimpin
perjuangan rakyat melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh Raja Hilir
atau Sutan Muhammad Syah beserta kompeni.
2. Sutan Muhammad Syah adalah seorang raja di Hilir yang serakah, yang suka bekerja sama dengan kompeni.
3. Ambun Suri adalah seorang putri raja kota Hulu yang diperistri oleh
Sutan Muhammad Syah. Dia merupakan adik kandung Ali Akbar.
4. Sutan
Malakewi adalah seorang pemuda yang awalnya mempunyai moral yang tak
baik, yaitu suka menyabung ayam dan mempoya-poyakan harta orang tuanya.
Dia diusir oleh orang tuanya dan bekerja sama dengan kompeni dan raja
kota Hilir. Tapi kemudian dia menjadi oarng baik yang melawan
ketidakadilan. Dialah Hulubalang Raja.
5. Putri Rubiah adalah istri
seorang kaya kecil, yang merupakan orang tua angkat Sutan Malakewi yang
menjalin hubungan dagang dengan kompeni.
6. Sarayawa adalah putri Rubiah atau orang kaya kecil, yang merupakan pacar Sutan Malakewi.
7. Groenewegen adalah pimpinan kompeni di daerah Pauh yang kemudian meninggal.
8. Gruys adalah pimpinan kompeni daerah Pauh yang menggantikan Groenewegen. Gruys ini seorang pemimpin yang tak becus.
9. Verspreet adalah pimpinan kompeni pengganti Gruys.
10. Andam Dewi adalah adik Sutan Malakewi yang diculik oleh orang-orang
Raja Adil, yang kemudian jadi istri Sutan Ali Akbar atau Raja Adil.
11. Putri Kemala Sari adalah istri Sutan Muhammad Syah yang pencemburu, yang mencelakakan Putri Ambun Suri.
12. Raja Hulu adalah ayah dari Sutan Ali Akbar atau Raja Adil yang bijak dan saying pada keluarga dan rakyatnya.
13. Putri Retno Gading adalah istri dari Raja Hulu yang baik, lembut dan penuh kasih sayang.
14. Selamat adalah seorang bujang yang melayani Sutan Ali Akbar atau Raja Adil yang baik dan patuh terhadap tuannya.
15. Pengetua Kampung adalah seorang abdi dikerajaan Hulu yang patuh terhadap rajanya.
16. Raja Lunang, Raja Air Haji, Raja Lakitan, Raja Batang Kapas adalah
Raja-raja yang ikut sayembara memperebutkan Putri Ambun Suri, mereka
bernyali kecil yang hingga akhirnya mereka kalah oleh Sutan Muhammad
Syah.
17. Sultan Malafar Syah adalah ayah dari Sutan Muhammad Syah yang serakah dan bengis.
18. Kembang Manis adalah dayang Ambun Suri yang arif dan patuh pada tuannya.
19. Raja Maulana adalah mamanda Sutan Ali Akbar yang mendukung
perjuangan Sutan Ali Akbar, ia menaruh dendam tak sudah kepada sultan
tua karena harta bendanya dirampas baginda dengan tidak semena-mena.
20. Nahkoda Encik Marah adalah orang Tiku yang bekerja sama dengan
kompeni dalam perdagangan. Tubuhnya tegap, kehitaman warna mukanya dan
berkilat-kilat matanya.
21. Jurumudi Raja Gandam adalah nahkoda kapal Raja Maulana yang baik dan rajin.
Alur : Maju.
Sudut pandang : Ke-III
Gaya penulisan : Menggunakan bahasa melayu atau Minangkabau. Dalam
penulisannya masih terlihat menggunakan ejaan jaman dulu dan tanda baca
yang belum sesuai dengan EYD. Percakapannya banyak menggunakan pantun
berbalasan dan majas.
Amanat : 1. Kita harus menyayangi antar
sesama anggota keluarga serta kita juga harus menjaga kehormatan dan
nama baik keluarga. Kekompakkan keluarga adalah kekuatan yang tak
terkalahkan.
2. Dalam mencari jodoh hendaknya jangan tergesa-gesa apalagi melalui sayembara karena jodoh itu ada ditangan Tuhan.
3. Apabila seorang suami ingin menikah lagi hendaknya berbicara dahulu
dengan istri yang tua agar nantinya tidak timbul salah paham dan
mengakibatkan petaka.
4. Dalam menghadapi masalah yang sangat sulit
sekali pun hendaknya kita selalu berpikir dingin dan bertawakal terhadap
Tuhan YME.
5. Seorang suami haruslah bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi dengan istrinya.
6. Jangan sampai kecintaan kita terhadap seseorang menimbulkan rasa
cemburu yang berlebihan, itu hanya akan merugikan diri sendiri bahkan
orang lain.
7. Kita harus berani dan ikhlas dalam memerangi segala bentuk kebathilan dan kejahatan.
6. Jangan sampai menghalalkan segala cara apalagi mengkhianati bangsa sendiri hanya demi kepentingan pribadi.
7. Tidak semua orang jahat selamanya akan menjadi jahat.
8. Saling memaafkan akan menghapuskan segala dendam dan permusuhan.
9. Keserakahan akhirnya hanya akan menghancurkan diri sendiri.
10. Pemimpin yang arif adalah pemimpin yang menyayangi dan peduli terhadap rakyatnya.
11. Jangan menjadi pengkhianat bagi bangsa sendiri (musuh dalam selimut).
12. Jangan sampai kita dijajah di Negeri sendiri.
13. Doa dan usaha adalah kunci untuk sukses.
14. Semakin kita diatas / berkuasa hendaknya semakin rendah hati dan sopan kepada siapa saja.
Ringkasan cerita / Sinopsis :
Raja kota Hulu, yang merasa putrinya Ambun Suri sudah saatnya dicarikan
seorang suami. Untuk itu dia mengundang para bangsawan di daerah
sekitar kota Hulu ataupun dari daerah lainnya untuk mengadakan
peruntungan memperebutkan putrinya itu. Namun ternyata para bangsawan
itu, kecuali Sutan Muhammad Syah seorang raja serakah di kota Hilir yang
berhasil melampaui perlombaan yang digelarkan, sehingga hanya dialah
yang berhak melamar Putri Ambun Suri. Lamaran Raja Sutan Muhammad Syah
yang sebenarnya sudah mempunyai istri dan merupakan seorang raja yang
serakah itu dengan terpaksa harus diterima oleh Raja Kota Hulu.
Rupanya Putri Kemala Sari, istri Sutan Muhammad Syah merasa iri dengan
Ambun Suri madunya itu, sehingga dia berniat mencelakakan Ambun Suri.
Dalam suatu kesempatan niatnya itu dia laksanakan dengan baik. Putri
Suri dicemplungkan ke sungai ke dalam sungai ketika putri itu mandi di
sungai. Sehingga Putri Ambun Suri lenyap dibawa arus sungai dan tak tahu
nasibnya lagi setelah itu.
Hilangnya Putri Ambun Suri itu ternyata
membuat Ali Akbar, kakaknya Putri Ambun Suri marah besar setelah dia
tahu bahwa yang mencelakakan adik yang sangat dia cintai itu adalah
Putri Kemala Sari, istri tua Sutan Muhammad Syah itu. Akibatnya
terjadilah perang antara kedua belah pihak, yaitu antara laskar
pendukung Ali akbar dengan laskar pendukung Sutan Muhammad Syah. Cukup
lama dan sengit pertempuran yang terjadi, namun karena Sutan Muhammad
Syah mendapat bantuan dari kompeni maka pasukan Sutan Ali Akbar semakin
lama semakin terdesak. Karena tak mampu melawan secara terbuka, kemudian
Sutan Ali Akbar lari ke hutan dan melakukan perlawanan secara grilya.
Sedangkan daerah Sutan Ali Akbar yang bergelar Raja Adil itu habis
dibumihanguskan oleh laskar kompeni dan Sutan Muhammad Syah.
Kehadiran kompeni di daerah itu memang selalu mendapat reaksi negatif
dari kebanyakan penduduk, karena kedatangan mereka disana dilihat dari
tingkah lakunya tidak hanya sekedar berdagang akan tetapi ada maksud
hendak menguasai perdagangan secara monopoli maupun menguasai tanahnya
sekalian. Kaum kompeni itu selalu perlawanan sengit dari penduduk,
terutama perlawanan dari para penduduk yang dipimpin oleh Sutan Ali
Akbar yang sangat sulit untuk dikuasai oleh kompeni.
Dalam menumpas
orang-orang atau rakyat yang tidak setuju dengan kehadiran
kompeni-kompeni itu, maka kompeni selalu mencari dan minta bantuan pada
raja-raja atau siapa saja dari rakyat yang bersedia bekerjasama dengan
mereka. Nah dalam usahanya menumpas para pemberontak itu, kompeni tidak
hanya dibantu oleh laskar Sutan Muhammad Syah tapi juga oleh seorang
gagah berani yang bernama Sutan Malakewi. Sutan Malakewi ini ditugaskan
oleh kompeni untuk menumpas kaum pemberontak yang berada didaerah Pauh.
Berkat bantuan Sutan Malakewi, banyak kaum pemberontak yang hancur.
Namun satu laskar pemberontak yang paling dia tumpaskan, yaitu laskar
yang dipimpin oleh Raja Adil atau Sutan Ali Akbar. Malah dalam suatu
pertempuran, pimpinan pasukan kompeni yang bernama Groenewegen hampi
tewas digasak oleh Laskar Raja Adil, akan tetapi Groenewegen selamat
ditolong oleh Sutan Malakewi. Namun sejak kecelakaan itu, Groenewegen
terus mengalami sakit-sakitan hingga sampai meninggal dunia.
Gruys
yang menggantikan Groenewegen ternyata tak becus dalam melawan
perlawanan orang-orang pauh. Karena tak becus, dia kemudian di gantikan
oleh Abraham Verspreet. Verspreet yang di Bantu oleh laskar-laskar yang
dibawa dari Ambon dan Bugis itu dan bersama Sutan Malakewi menggempur
para pemberontak habis-habisan.
Namun perlawanan rakyat terus saja
gigih. Malah Sutan Malakewi kalau tidak di selamatkan oleh laskar yang
berasal dari Bugis hampir tewas. Dia hanya terluka saja. Dan adik Sutan
Malakewi malah juga tertawan dan diculik oleh oarng-orang Raja Adil.
Setelah Sutan Malakewi sembuh dari lukanya, Sutan Malakewi mencari
adiknya dengan cara menyamar sebagai rakyat biasa kedalam tubuh laskar
Raja Adil. Namun penyamarannya itu tak lama kemudian terbongkar. Sutan
Malakewi tidak dicelakai oleh Raja Adil karena ternyata perempuan yang
dia culik itu, yang sekarang dia telah jadikan istri itu, ternyata adik
kandung Sutan Malakewi. Melihat kenyataan itu, rupanya Sutan Malakewi
juga tidak bias berbuat apa-apa, karena musuh besarnya itu sekarang
telah menjadi adik iparnya sendiri. Kemudian keduanya, karena sudah
menjadi saudara saling melupakan permusuhan masa lalunya. Sutan Malakewi
kemudian membawa Raja Adil dan Adnan Dewi adiknya itu ke kedua orang
tuanya. Dan ternyata orang tua Sutan Malakewi menerima kedatangan mereka
dengan sukacita. Tidak lama kemudian pesta penyambutan Raja Adil dan
istrinya itu dilanjutkan pesta besar berikutnya, yaitu pesta perkawinan
antara Sarayawa dengan Sutan Malakewi yang bergelar Hulubalang Raja itu.
Kutipan :
v “ Kalau hanya perkara itu yang kautanyakan, senanglah jua rasa
hatiku; dapat kujawab dengan segera. Dengarlah! Adapun adat berkorong
kampung, adat beranak kemenakan, kalau beranak laki-laki, dari kecil
dinanti besar; setelah besar, dipanggil gelar. Jika beranak perempuan,
maka dari kecil anak itu dinanti besar; setelah besar, diajar tahu. Dan
jika ia sudah tahu, artinya sudah pandai menjaga kesopanan diri dan
aturan rumah tangga dan lain-lain, lalu dicarikan suami.”
v Memang
elok dan molek adik Sutan Ali Akbar itu. Badan tinggi lampai, berisi
penuh, pinggang sering ramping; raut muka bagai bundar telur, mata tajam
memanah hati, kulit licin kuning langsat, bibir merah lagi halus dan
tutur kata sedap manis. Meskipun ia kaya raya, anak orang besar pula
dalam negeri, tetapi ia tidak pernah meninggikan diri.
v “ Tenatang
hal itu tak dapat dibantah perkataan Sutan,” kata orang kaya di Hilir
dengan perlahan-lahan. “Sebab benar belaka. Rakyat di Hilir boleh
dikatakan tiada berhak sedikit juga atas miliknya. Ada bersawah, tapi
padinya sebahagian besar untuk Sultan; ada berladang, berkebun lada dan
lain-lain, tapi hasilnya bahagian Malafar Syah. Mana rakyat yang kaya
didaerah Inderapura ini? Kalau masih berbulu, masih dapat dicukur,
selalu dicukur juga oleh Sultan tua itu.”
v “Oleh karena kita tiada
dapat memutuskan perkara ini, tiada lebih baikkah kita pulangkan
timbangan kepada si Ambun sendiri, Ayah? Kalau kusut di ujung, patut
kita lari ke pangkal, bukan?”
v “Tak baik orang perusuh, Nak hati
rusuh bawa bergurau, supaya lapang kira-kira. Dan kuterangkan kepadamu
apa sebabnya gelanggang tiba-tiba sunyi sepi, apa sebabnya orang
mengurai bulang, lain tidak karena nan dimaksud hamper sampai dan nan
diamal hamper pecah.”
v “Kami berdua bagai anak balam, Bunda. Seekor
jantan seekor betina. Hilang satu, hilang keduanya. Beri izin hamba
berjalan, pergi mencari ambun Suri sampai dapat atau sampai ketahuan:
hilang berimba, mati berkubur.”
v “Ali Akbar,” kata ayahnya, seraya
memegang tangan orang muda itu dengan cepat sigap. “Hendak kemana
engkau? Rupanya engkau tidak sedikit jua sayang kepada kami. Jangan
diperturutkan daya iblis. Ingat bundamu! Atau barangkali engkau suka,
kami kehilangan akal dan meluluskan diri pula? Kalau begitu kehendakmu,
mari kita masuk laut keempat-empatnya.”
v Orang muda itu mendekatkan
mulutnya ke telinga ayahnya, lalu berbisik. “Sebelum hamba putar negeri
ini, belum senang hati hamba. Dengan sendirinya, kalau kehidupan sultan
sudah terancam, Kemala Sari takkan senang diam lagi. Dosanya akan
menghukum jiwa raganya, Ayah!”
v “Ali Akbar, anakku,” kata Raja di
Hulu dengan suara agak gemetar, serta memperhatikan air muka anaknya.
“Sampai kesitu tiada terpikir olehku! Ingat, apa dan betapa akibat
perbuatanmu itu kelak kepada negeri dan rakyat. Tiada ada sesuatu putar
negeri, pemberontakan atau peperangan yang tidak menelan dan memusnahkan
nyawa dan harta benda rakyat, Buyung!”
v Bagi Sultan Ali Akbar
sambutan sedemikian berharga sekali; dapat melipur sedih dan
dukacitanya, karena maksudnya tiada sampai dan lebih-lebih lagi, karena
ayah bundanya yang sangat dikasihinya telah menjadi kurban kelaliman
pada malam pemberontakan yang pertama itu. Raja di Hulu dan putri Retno
Gading telah mati dibunuh laskar sultan; rumahnya dibakar dan harta
bendanya dirampas, bersama-sama dengan kepunyaan isi kampung Hulu
sekalian.
v “Tetapi dalam peperangan Tuan jadi Hulubalang, jadi
panglima besar. Sampai hatikah Tuan menembaki bangsa Tuan sendiri,
sekalipun Tuan tidak segan-segan akan membunuh hamba ini? Hamba, yang
dalam pemandangan Tuan hanya sebagai burung lepas di udara saja? Hamba,
yang Tuan perangi dengan tentara kompeni; hamba, yang Tuan kejar-kejar
ke dalam rimba sebagai binatang perburuan?”
v Di dalam mesjid dan
surau, sesudah sembahyang maghrib sengaja orang membaca doa akan
menyatakan sama-sama bersyukur akan bahagia yang dilimpahkan Tuhan
kepada keluarga panglima muda itu.
v “Ya, kebanyakan cita-cita tak
sesuai dengan takdir.” Kata Raja Adil dengan tersenyum masam seraya
memandang kepada istrinya. “Tuhan berbuat sekehendaknya. Kemalangan
berturut-turut, bertimpa-timpa pada diri hamba. Sungguhpun demikian
dalam kemalangan hebat yang akhir itu hamba sudah beroleh bahagia besar;
ketika itu barulah hamba tahu dan insyaf, betapa setia si Andam Dewi
kepada hamba ini… Eh, jadi dari Airhaji dengan apa Tuan kemari?”
v
Ketika berhadapan dengan Raja Adil, orang besar-besar itu hendak
bersikap sebagai menyambut kedatangan seorang raja yang berdaulat. Akan
tetapi Raja Manyuto yang rendah hati dan sopan itu berharap benar-benar,
agar supaya orang memandang akan dia tidak lebih dan tidak kurang
daripada sebagai anggota keluarga Sutan Malakewi biasa saja. Dan
pengharapannya itu pun dibenarkan dan dikuatkan oleh istrinya.
v
“Ha, ha,” tertawa sekalian anggota keluarga yang beruntung itu
bersama-sama. “Ha, ha, ha,! Benar, kalau kemauan tetap sama-sama ada,
keyakinan tiada goyang, tak dapat tiada niat yang baik dan suci tercapai
jua lambat-laun.”
v Ucapan itu menggerakkan mata tiap-tiap orang
akan lebih memperhatikan korenah Sutan Malakewi dan wajah putrid
Sarayawa dengan kasih mesra, sehingga kedua muda remaja itu tersipu-sipu
kemalu-maluan, tetapi berasa sebagai di kayangan.
SUMBAR: http://vathayankchay.blogspot.com/2008/12/resensi-novel-hulubalang-raja.html
0 komentar:
Posting Komentar
Jangan lupa menuliskan sedikit komentar ya....? banyak juga boleh..........thanks.....